Kita tidak tahu apa yang terjadi pada hati seseorang jika kita belum mendekatkan hati kita padanya.
* * * * *
Dari atas permukaan air muncul gelembung-geleng air yang membuat Bima menoleh melihatnya. Segera pria itu menghampiri pinggir akuarium untuk melihat apakah ada Isha di dalam air itu. Namun matanya melotot kaget saat melihat bagian dalam akuarium. Pria itu hendak berbalik. Namun terlambat. Seekor hiu melompat dan menggigit pria itu lalu menariknya masuk ke dalam akuarium. Di dalam air, Bisa bisa melihat Isha berenang tidak jauh darinya. Gadis itu melambaikan tangan ke arah pria itu sebelum akhirnya berenang menuju permukaan. Isha tidak bisa melihat adegan di mana tubuh Bima dicabik-cabik oleh hiu yang menggigitnya.
Isha berenang menuju pinggir kolam yang berbeda dengan Bima berdiri. Pasalnya area itu sudah dipenuhi darah yang bisa membuat gadis itu merasa jijik. Setelah keluar dari permukaan air, Isha berenang menuju pinggir akuarium dan naik ke atas. Dia berusaha menarik nafas panjang. Menahan nafas sedikit lama membuat gadis itu kewalahan.
Duduk di pinggir akuarium dengan kedua kaki masih berada di air membuat Isha merasa sedikit tenang. Setidaknya dia sudah melenyapkan Kapten yang sudah berbuat jahat padanya, kakaknya dan juga teman-temannya. Meskipun Isha tidak suka menggunakan hewan-hewan untuk membunuh, tapi dia terpaksa melakukannya.
Tiba-tiba hiu yang menggigit Bima tadi muncul ke permukaan. Isha tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh moncong hiu itu.
“Makasih sudah membantuku, Bibi Hiu. Apa kamu sudah memakannya habis?”
Hiu itu menggelengkan moncongnya. Kemudian mulutnya terbuka untuk mengatakan sesuatu.
“Ah… kamu membaginya bersama saudaramu. Kamu pasti menyayangi saudaramu seperti aku menyayangi Kak Devan.” Isha tersenyum mengingat kakaknya.
“Maafkan aku enggak bisa bantu kamu keluar dari sini. Aku enggak punya kekuatan dan kekuasaan untuk melakukannya. Tapi aku berjanji akan mengunjungimu setiap minggu kalau masalah ini sudah selesai.”
Hiu itu bersandar pada kaki Isha seperti sedang memeluknya. “Aku juga menyayangimu. Aku harus pergi. Kakakku membutuhkan bantuanku. Sampai jumpa lagi.”
Isha melambaikan tangannya sebelum akhirnya mengangkat kedua kakinya dari air dan keluar dari akuarium itu. Setelah itu Isha berjalan menuruni tangga untuk keluar dari tempat itu.
Di terowongan akuarium, dua orang tentara berjalan mencari keberadaan Isha. Kedua tentara itu -Andre dan Thomas- berjalan dengan waspada mencari gadis yang dimaksud oleh kapten mereka.
“Apa kamu tidak merasa aneh, Thomas?” tanya Andre.
“Aneh bagaimana?” tatapan Thomas beralih pada ikan-ikan kecil yang berenang di sekitar mereka.
“Untuk apa Kapten Bima membutuhkan banyak tentara hanya untuk menangkap seorang gadis?”
Thomas mengangkat kedua bahunya. “Entahlah. Aku juga tidak tahu apa untungnya menangkap gadis itu.”