Neophyte : The Destroyer Weapon

Quinceline
Chapter #39

38.Bisa Bernafas Lega

Keluarga…

Kekuatan di saat aku rapuh

Dorongan di saat aku hampir berhenti

Doa di saat aku tak sanggup mengucap kata


* * * * * 


“ZURA!” Seru Arya dan yang lainnya.


Zura berpikir tubuhnya akan membentur dinding atau ada sebuah pisau yang menancap pada tubuhnya seperti yang dirasakan oleh Devan. Namun saat gadis itu memejamkan matanya, dia sama sekali tidak merasakannya. Akhirnya Zura membuka mata untuk melihat apa yang terjadi. Dia bisa melihat kakaknya masih berdiri di hadapannya. Tangan yang semula hendak digunakan untuk membunuh Zura berhenti di udara. Dia bisa melihat Erlangga merasa kebingungan dengan tangannya yang tidak mau bergerak menyakiti Zura.


“Sial! Ada apa dengan tanganku?” Erlangga menyentuh  tangannya dengan tangan yang lain. 


Bibir Zura menyunggingkan senyuman. Dia tahu alasan mengapa tangan kakaknya tidak berhasil melukainya. Karena tangannya mengikuti alam bawah sadar sang kakak yang tidak ingin menyakiti dirinya.


“Karena tubuh Kakak sadar enggak mau menyakiti adiknya sendiri. Karena itulah mengapa tangan Kakak enggak mau menyakitiku. Maaf, Kak. Aku enggak ingin Kakak berubah menjadi monster lagi.” Zura menggunakan kekuatannya untuk menahan kakaknya agar tidak bergerak.


“Rhea, bantu aku.” Seru Zura tanpa mengalihkan pandangannya dari sang Kakak yang terus meronta ingin membebaskan diri.


Rhea memandang ke arah Devan yang langsung menganggukkan kepalanya. Akhirnya Rhea meninggalkan Devan dan menghampiri Zura.


“Apa yang bisa kubantu, Kak?”


“Setrum kepalanya.”


Seketika mata Rhea melotot kaget mendengar permintaan Zura. “Apa Kakak gila? Bagaimana bisa aku menyetrum kepalanya? Bisa berakibat fatal jika dia enggak bisa menahannya.”


“Dia bisa menahannya, Rhe. Dia jauh lebih kuat dari yang kamu pikirkan. Jadi, kumohon. Lakukanlah!”


Rhea bisa melihat keyakinan besar dari dalam suara Zura. Biasanya gadis itu hanyalah gadis polos dengan kata-kata yang bisa membuat seseorang mengelus dada karena mendengarnya. Tapi kali ini Zura tampak sangat serius. Dia sama sekali tidak bercanda.


Akhirnya tatapan Rhea beralih pada Erlangga yang masih meronta di bawah kekuatan adiknya. Gadis itu menghela nafas berat sebelum akhirnya dia melakukan permintaan Zura. Rhea mengeluarkan aliran listrik di tangannya. Terlihat kilat listrik menyambar tanpa arah. Gadis itu mengarahkan kedua tangannya ke arah Erlangga.


“Semoga ini berhasil, Kak Zura.” Ucap Rhea sebelum menghantarkan aliran listrik ke kepala Erlangga. 


Mendapatkan sengatan listrik di kepalanya membuat tubuh Erlangga kejang-kejang. Rhea, Zura dan yang lainnya mengamati apa yang terjadi pada Erlangga. Tidak berani memberikan sengatan listrik terlalu lama, Rhea akhirnya menurunkan tangannya. Namun tubuh Erlangga masih mengalami kejang-kejang sebelum akhirnya jatuh tak berdaya di lantai.


Lihat selengkapnya