Neophyte : The Destroyer Weapon

Quinceline
Chapter #41

40.Belum Berakhir

“Mencabut rumput kalau enggak sampai ke akarnya, hanya akan menyebabkan masalah lainnya.”


* * * * *


Sofyan melihat data di layar Gesture-Based Interface di hadapannya. Terlihat data mengenai Devan dan video di mana laki-laki itu menggunakan kekuatan airnya. Tidak hanya menyelamatkan anak-anak muda itu, Sofyan juga meminta anak buahnya untuk mencuri data-data yang dimiliki oleh kamp itu. Kemudian ada adik Devan, Isha yang mengendalikan hewan. Ada video di mana Isha seperti sedang mengobrol dengan seekor anjing kecil di dalam tabung tempat gadis itu dikurung.


Pria itu juga melihat video lainnya di mana Rhea yang tertangkap menggunakan kekuatan listriknya dan Dirga yang menggunakan kekuatan apinya. Hanya Zura dan Arya yang belum ada videonya karena mereka baru mengetahui kekuatan mereka hari ini. Tapi dia melihat video mengenai Erlangga. Tidak hanya memanfaatkan kekuatan Erlangga tapi Jenderal Elang juga berusaha memanipulasi otak pria itu sehingga Erlangga layaknya senjata penghancur yang tidak akan melawan kepadanya.


“Apa yang akan anda lakukan dengan mereka, pak?” tanya orang yang memimpin pasukan pria itu.


“Aku masih memikirkannya. Meminta mereka bertarung membela negara akan membuatku tidak jauh berbeda dengan Jenderal Elang yang memanfaatkan mereka. Apalagi usia mereka masih muda. Aku juga tidak tega memanfaatkan mereka menjadi mesin pembunuh. Tapi jika tidak memanfaatkan kekuatan mereka, akan sia-sia. Mungkin aku akan berbicara baik-baik dengan mereka. Di mana mereka?”


“Dokter sedang menjahit luka Devan. Sedangkan yang lain mereka berkumpul di ruangan yang anda berikan, pak.”


“Kapan pengobatan Devan selesai?” tanya Sofyan.


“Seharusnya sebentar lagi selesai, Pak. Karena Dokter sudah merawatnya sejak mereka tiba di sini.”


Sofyan mengangguk-anggukkan kepalanya. “Baguslah. Aku akan berbicara dengan mereka setelah mereka lengkap.”


Pria berpakaian hitam itu menganggukkan kepalanya. “Baik, Pak.”


Setelah pemimpin pasukan itu pergi, Sofyan kembali menonton video Devan. Dia yakin jika Devan yang memimpin mereka selama ini.


* * * * *


“Tempat ini jauh lebih baik daripada kamp.” Isha melompat ke sofa empuk berwarna abu-abu.


Dirga mengambil botol soda di atas meja. Membukanya sebelum akhirnya menegaknya sedikit untuk meredakan dahaganya.


“Aku setuju dengan bocah ini. Tempat ini memang jauh lebih baik.” Sahut Dirga merasakan kenikmatan soda yang diminumnya.


Isha mendengus kesal. “Bocah? Aku sudah dewasa tahu.”


Dirga terkekeh dan mengusap puncak kepala Isha. “Iya. Iya, Bocah dewasa.”


Seketika Reha, Arya, Zura dan Erlangga tertawa melihat wajah Isha kembali cemberut karena Dirga masih saja memanggilnya ‘bocah’. Tawa Zura terhenti saat memandang sang kakak yang duduk di sampingnya.


“Kak, bagaimana bisa kamu berada di kamp itu?” tanya Zura penasaran.


Lihat selengkapnya