Neophyte : The Destroyer Weapon

Quinceline
Chapter #43

42.Tidak Terlihat Seperti Manusia

"Cermin adalah alat yang ampuh karena memaksamu untuk menghadapi diri sendiri pada tingkat yang lebih dalam. Memperlihatkan bagaimana hati akan membentuk dirimu sendiri.”


* * * * *


“Makhluk apa itu?” tanya Zura terkejut.


“Apakah dia manusia?” kali ini suara Arya yang bertanya.


Tidak hanya Zura dan Arya yang terkejut. Tapi Devan, Rhea dan Erlangga juga sama terkejutnya. Pasalnya penampilan Jenderal Elang berbeda dari sebelumnya. Pria itu tidak terlihat seperti manusia. Karena di seluruh tubuhnya diselimuti oleh batu. 


“Dia masih manusia, Arya. Sepertinya dia menggunakan serum yang sama yang membuat kita memiliki kekuatan.” Jelas Devan.


“DEVAN!!!” Seru Jenderal Elang dengan sangat geram saat tatapannya bertemu dengan Devan.


“Wow! Baru kemarin aku melihatmu, kamu sudah berubah. Apakah karena kamu takut padaku, Jenderal?” Devan mendengus sinis.


“Takut? Kamu yang seharusnya takut padaku.” Elang mengambil meja dengan mudahnya. Kemudian melemparkannya ke arah Devan. Segera mereka meloncat ke samping untuk menghindari serangan itu.


Devan yang mendorong Rhea hingga mereka terjatuh ke lantai langsung meringis sakit. Tatapan Rhea tertuju pada luka di perut Devan. Terlihat kaos hitam yang dikenakan laki-laki itu mulai basah. Dia yakin itu adalah darah. Luka Devan terbuka karena laki-laki itu berusaha melindunginya.


“Kak Devan.”


Devan tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Dia berusaha untuk tidak menunjukkan rasa sakitnya. Sehingga dengan begitu Rhea tidak perlu mengkhawatirkannya.


“Enggak apa-apa, Rhe. Bagaimana denganmu?”


Rhea menggelengkan kepalanya. “Aku juga enggak apa-apa.”


“Baguslah. Ayo kita melawannya.” Devan berdiri kemudian mengulurkan tangannya ke arah Rhea.


Segera gadis itu meraih tangan pacarnya sehingga laki-laki itu membantunya untuk berdiri. Devan bisa melihat Arya, Zura dan Erlangga juga sudah mulai berdiri.


“Baiklah. Mari kita bekerjasama. Arya serang kepalanya dengan pasirmu. Zura tangan kedua tangannya dengan kekuatan magnetmu. Dan Erlangga pukul kepalanya dengan keras.”


Arya, Zura dan Erlangga menganggukkan kepalanya. Mereka memulai aksinya sesuai dengan instruksi Devan. Arya menggunakan kekuatan pasirnya dan mengarahkan ke kepala Elang. Membuat pria itu tidak bisa melihat saat badai pasir berputar-putar di kepalanya. Saat hendak menyingkirkan pasir-pasir itu dengan kedua tangannya, Elang tidak bisa menggerakkan kedua tangannya karena Zura menggunakan tiang besi untuk menahan kedua tangannya. Erlangga menghampiri pria itu dan melayangkan tinju besinya ke wajah pria itu berulang kali hingga akhirnya tubuh Elang terjatuh di atas lantai. 


Arya menghentikan badai pasir di kepala pria itu. Membuat Devan dan yang lainnya terkejut melihat apa yang terjadi dengan wajah Elang. Pria itu menggunakan perisai batu untuk melindungi wajahnya. Sehingga tinju besi milik Erlangga sama sekali tidak berpengaruh pada pria itu.


Elang membuka perisai di wajahnya. Kemudian pria itu berdiri dengan senyuman kepuasan di wajahnya. “Kalian tahu untungnya menjadi batu? Batu tidak mudah dihancurkan, tapi bisa menghancurkan kalian.” 

Lihat selengkapnya