"Jika kamu tidak bisa terbang maka larilah. Jika kamu tidak bisa lari, lalu berjalanlah. Jika kamu tidak bisa berjalan lalu merangkak. Tapi, apa pun yang kamu lakukan, kamu harus terus bergerak maju." - Martin Luther King, Jr.
* * * * *
Isha mengamati kediaman Presiden melalui teropong yang dipinjamkan oleh salah satu anggota pasukan di bawah pimpinan Pak Sofyan. Dia bisa melihat Presiden Baska sedang menikmati waktu santai bersama dengan istri, dua anak, satu menantu serta satu cucunya. Isha melepaskan teropong itu dari matanya.
“Kak, aku enggak bisa melakukannya.” Ucap Isha menyerah.
Dirga menoleh memicingkan matanya. “Apa maksudmu enggak bisa melakukannya, Isha? Kita perlu membunuh Presiden Baska agar dia enggak lagi mengejar kita.”
Isha menoleh dan menatap pria itu dengan ragu. “Tapi di sana banyak orang enggak bersalah, Kak. Apalagi ada bocah kecil. Bagaimana mungkin aku tega membunuh Presiden Baska di depan mereka.”
Dirga mengambil alih teropong di tangan Isha. Dia mengamati kediaman Presiden Baska. Lalu dia melihat orang-orang tidak bersalah termasuk anak kecil yang dimaksud oleh Isha. Laki-laki itu melepaskan teropong itu dan menghela nafas berat.
“Kamu benar. Terlalu kejam membunuh Presiden Baska di hadapan mereka. Meskipun Presiden Baska adalah orang jahat, tapi tidak dengan orang-orang di sekitarnya.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan, Kak?” tanya Isha.
“Aku akan memancing sang Presiden Baska keluar. Saat itulah kamu harus membunuhnya.”
Isha menggelengkan kepalanya. “Enggak. Itu cara yang berbahaya, Kak. Aku enggak setuju. Apa Kakak gila? Bagaimana nanti kalau Presiden Baska tahu tentang rencana kita? Bisa-bisa Kak Dirga yang dibunuh lebih dahulu.”
“Tapi hanya ini satu-satunya cara membunuhnya, Isha.”
“Pasti ada cara lainnya. Kita pikirkan dulu.” Isha masih belum menyerah. Dia tidak mau mengorbankan Dirga hanya demi membunuh Presiden Baska.
“Bagaimana kalau kita mengalihkan perhatian mereka dengan kebakaran?” tanya Isha.
“Kalau kita melakukan itu, Presiden Baska pasti diamankan.”
“Dengan begitu kita pasti bisa menyerangnya saat dia diamankan. Dia pasti akan dipisahkan dari keluarganya, bukan?” tebak Isha.
Dirga menghela nafas berat. Harus diakui Dirga Isha memang benar. Jika laki-laki itu membakar bagian kecil dari kediaman Presiden, pasti pihak keamanan akan mengamankan Presiden lebih dahulu dan memisahkannya dengan keluarganya.