Neophyte : The Destroyer Weapon

Quinceline
Chapter #45

44.Pengorbanan

Memberikan segala sesuatunya untuk orang lain adalah pengorbanan yang paling berharga.


* * * * *


“KEBAKARAN!”


Seruan itu membuat Baska berdiri dari kursinya menatap ke arah pintu dengan tubuh menegang. Terlihat seorang pria mengenakan setelan hitam berlari menghampiri orang nomor satu di Indonesia itu.


“Ada apa?” tanya Baska bingung.


“Pak, gazebo di dekat taman terbakar.”


Seketika Baska dan anggota keluarga lainnya terkejut mendengarnya. Baska menoleh dan melihat sang istri yang membalas tatapannya dengan ketakutan. Baska tahu keluarganya pasti ketakutan sekarang.


“Pak, Meskipun beberapa petugas berusaha memadamkan dan kami juga sudah menghubungi pemadam kebakaran, tapi kami tetap khawatir kalau api merambat ke bangunan ini. Kita harus memindahkan anda ke tempat yang aman.” Ucap pria itu.


“Kalian urus keluargaku lebih dahulu. Aku perlu mengambil beberapa barang penting negara di perpustakaan. Setelah itu kalian bisa membawaku pergi.” Perintah Baska.


Pria itu menganggukkan kepalanya. “Baik, Pak. Mari semua ikut dengan saya ke mobil. Kami akan memindahkan kalian ke tempat yang aman.”


Istri baska menghampiri suaminya dan menyentuh lengan pria itu. “Pak, apakah kebakaran ini disengaja? Karena tempat ini sudah dibangun lama. Belum pernah ada kebakaran di tempat ini. Bukankah sangat aneh kalau tiba-tiba gazebo di taman terbakar?”


Baska terenyum dan menyentuh pipi istrinya. Tatapan pria itu penuh dengan cinta. “Jangan berpikiran aneh-aneh. Itu hanya kebakaran bukan serangan bom. Sebaiknya kamu pergi bersama dengan anak-anak dan cucu kita. Mereka pasti ketakutan.”


Wanita paruh baya itu menganggukkan kepalanya sebelum akhir nya berjalan keluar menyusul anak dan cucunya. Sedangkan Baska berlari menuju ruang kerjanya. Dia mengambil beberapa chip penting, stempel presiden, serta uang di brankasnya. Dia memasukkan semuanya ke dalam tas. Setelah itu dia berlari keluar. 


“Apakah anda sudah siap, Pak?” Pria tadi menghampiri Baska kembali.


Sang Presiden menganggukkan kepalanya. “Ya, aku sudah siap. Ayo kita berangkat!”


Baska berlari menuju garasi mobil. Dia mengikuti beberapa pengawalnya masuk ke dalam mobil. Setelah duduk, pria itu mengenakan sabuk pengaman. 


“Apakah kalian sudah mengamankan keluargaku?” tanya Baska memastikan.

Lihat selengkapnya