Amarah membuat seseorang menjadi berbeda. Karena tekanan demi tekanan membuat seseorang tidak mampu menahannya.
* * * * *
Elang bisa melihat air dalam jumlah banyak seakan berlari menghampirinya. Pria itu hendak berbalik untuk menyelamatkan dirinya. Namun air yang sudah mencapai kakinya menarik pria itu hingga masuk dalam genangan air itu. Elang terjebak dalam air itu. Seolah-olah air itu menariknya masuk semakin dalam. Melingkupi tubuhnya pria itu hingga membuat bola air yang memerangkap tubuh Elang.
Devan tidak bisa menahan emosinya lagi. Elang sudah membuat adiknya begitu ketakutan. Menyakiti orang-orang di sekitarnya. Dan sekarang membunuh Erlangga. Devan tidak akan pernah memaafkan perbuatan Elang. Kedua tangan Devan meremas dengan keras membuat bola air itu semakin menekan tubuh Elang. Bahkan pria itu seperti tercekik oleh air itu.
“Rhea, setrum bola itu dengan tegangan paling tinggi.” Pinta Devan tanpa mengalihkan pandangannya dari bola air yang dibuat olehnya.
“Tapi, Kak. Kita bisa membunuhnya kalau kita menyetrum bola air itu dengan tegangan paling tinggi.” Ragu Rhea.
“Dia sudah membunuh Kak Erlangga, Rhe. Dia pantas untuk mati.” Geram Devan.
“Tapi Kak Devan bukanlah pembunuh. Kalau Kak Devan melakukannya enggak akan ada bedanya Kak Devan dengannya.” Rhea berusaha membujuk Devan yang masih diliputi oleh emosi.
“Aku enggak peduli. Asalkan bisa menyingkirkan monster ini, aku baru bisa tenang.”
“Kak Devan.”
Devan menoleh menatap Rhea dengan tatapan yang tajam. “LAKUKAN, RHE!”
Kaki Rhea mundur selangkah mendengar bentakan Devan. Awalnya dia benar-benar takut. Laki-laki yang selalu memperlakukannya dengan lembut dan selalu menjaganya dengan baik tiba-tiba berubah penuh dengan emosi. Tapi ketakutan itu berubah saat Rhea menatap mata Devan. Dia bisa melihat jelas kesedihan yang terlihat di manik mata gelap milik Devan. Bahkan untuk pertama kalinya Rhea melihat Devan menitikkan air matanya.
Lalu tatapan Rhea beralih pada Erlangga yang sudah tidak bernyawa berada dalam pelukan Zura yang masih menangis. Dia yakin Devan pasti sangat menderita menyadari ada seseorang mati karenanya. Akhirnya Rhea menganggukkan kepalanya. Tatapannya beralih pada bola air yang semakin mencekik Elang.
Rhea menarik nafas panjang. Membayangkan bagaimana Elang nyaris membunuh Devan. Amarah itu mampu menciptakan listrik dengan ketegangan yang berbeda dari sebelumnya. Segera Rhea mengarahkan kedua tangannya kea rah bola air raksasa yang dibuat oleh Devan. Seketika air yang membentuk bola itu menghantarkan listrik yang disalurkan oleh Rhea. Membuat Elang yang berada dalam air mengalami kejang-kejang yang hebat. Hingga akhirnya tubuh pria itu tak mampu bertahan.