“Gadis bodoh! Apa setiap ada laki-laki yang mengajakmu keluar kamu sebut itu kencan?”
* * * * *
Baska membuka matanya dan melihat seorang pemuda hendak berlutut di dekatnya. Pemuda itu tampak terkejut dan hendak berbalik pergi. Baska mengangkat tangan yang memegang pistol dan menarik pelatuknya. Seketika peluru melesat dan mengenai punggung pemuda itu.
Baska berpikir dia akan selamat, tapi singa yang masih berkeliaran di sekitarnya langsung menggigit kepala pria itu. Seketika nyawa orang nomor satu di Indonesia itu pun melayang karena serangan hewan buas itu.
Isha yang masih berada dalam pelukan Dirga pun tampak terkejut. Terutama setelah mendengar suara tembakan itu. Gadis itu mendongak menatap wajah Dirga.
“Kak Dirga?” panggil Isha dengan suara lemah.
“Syukurlah kamu enggak apa-apa.”
Saat itulah Dirga tidak bisa menahan tubuhnya lagi. Peluru yang menembus punggungnya mengeluarkan banyak darah. Tubuh laki-laki itu seketika jatuh ke tanah.
“KAK DIRGA!” Seru Isha langsung berlutut di samping Dirga. Menahan kepala laki-laki itu di atas pangkuannya.
“Kenapa Kak Dirga menghalangi peluru itu? Seharusnya Kakak enggak melakukannya.” Air mata jatuh ke pipi gadis itu tanpa disadarinya.
“Aku sudah berjanji pada Devan untuk melindungimu. Karena itu aku menghalangi peluru itu.”
“Tapi…”
Dirga menyunggingkan senyuman. “Jangan menangis seperti itu. Kamu enggak berpikir aku akan mati ‘kan?”
“Tapi Kak Dirga tertembak dan mengeluarkan banyak darah. Bagaimana aku enggak berpikir begitu?”
“Bodoh! Aku enggak mungkin mati semudah itu. Ini hanya luka kecil.”
Isha masih saja tidak berhenti menangis. Dia menggelengkan kepalanya. “Kakak harus bertahan, Jangan menutup matamu sampai bantuan datang.”
Tatapan Isha menoleh ke sekelilingnya. Seharusnya ada anak buah Pak Sofyan di sekitar sini. “Seseorang. Siapapun tolong aku. Aku mohon! Ada seseorang terluka dan membutuhkan pertolongan. Kumohon. TOLONG!”
“Isha.”
Suara Dirga membuat Isha menoleh mengalihkan perhatian pada laki-laki itu. “Bertahanlah, Kak. Aku melihat orang-orang mulai datang.”
“Isha, apa kamu bisa berbicara dengan lumba-lumba?” tanya Dirga membuat Isha tampak bingung.
“Aku belum pernah bertemu dengan paus. Tapi sepertinya aku bisa melakukannya. Kenapa, Kak?”