Neophyte : The Destroyer Weapon

Quinceline
Chapter #50

49.Aku Akan Segera Ke Sana

“Tentu saja kamu akan menjadi bagian dari masa depanku, Rhe. Karena aku hanya mencintai seorang gadis saja. Aku enggak mau yang lain.”


* * * * *


Satu tahun kemudian.


Isha berdiri di lorong akuarium raksasa. Dia berdiri di depan dinding kaca itu. Bibi hiu yang dulu membantu Isha berada di hadapan gadis itu. Tangan Isha menyentuh kaca itu sehingga bibi hiu menyentuh kaca itu dengan menggunakan moncongnya.


“Bibi hiu, bisakah aku meminta bantuanmu lagi?” tanya Isha penuh harap.


Hiu putih berukuran besar itu menganggukkan kepalanya. Membuat Isha tersenyum lebar. “Bisakah kamu memanggil seekor lumba-lumba kemari? Aku ingin berbicara dengannya.”



Ikan hiu itu tampak sangat ragu. Isha bisa mendengar hiu itu berbicara padanya. “Dia pemalu?”


Hiu itu kembali menganggukkan kepalanya membuat Isha menghela nafas berat. “Bisakah kamu membujuknya keluar, BIbi hiu? Aku ingin memenuhi permintaan terakhir temanku. Kumohon!”


Hiu itu membuka mulutnya membuat Isha tersenyum senang karena hewan dengan deretan gigi-gigi tajam di dalam mulutnya itu mengabulkan permohonannya. Segera ikan dengan panjang tubuh sekitar enam meter itu berbalik meninggalkan Isha. 


Sembari menunggu, Isha bermain-main dengan ikan kecil. Menggerakkan jarinya ke berbagai arah di atas permukaan kaca sehingga ikan kecil itu terus mengikuti arah jari itu. Sehingga permainan itu terasa menyenangkan bagi Isha. Gerakan tangannya terhenti saat melihat bibi hiu sudah kembali. Bibirnya menyunggingkan senyuman saat melihat lumba-lumba berenang di belakang hiu putih itu. Dua ikan berbeda jenis itu menghampiri Isha.


“Hai, Lumba-lumba.” Isha melambaikan tangannya menyapa ikan yang terkenal pintar itu. 


Tapi lumba-lumba itu menunduk malu. Seperti yang dikatakan oleh bibi hiu tadi, ikan lumba-lumba ini sangatlah pemalu.


“Kamu enggak usah takut. Aku hanya ingin berteman denganmu. Namaku Isha.”


Lumba-lumba itu dengan ragu-ragu mendongak dan menatap Isha. Gadis itu menempelkan telapak tangannya di permukaan kaca. Seolah meminta lumba-lumba itu untuk menyentuhnya. Perlahan lumba-lumba tutup botol itu berenang maju menghampiri Isha. Dengan penuh harapan Isha melihat lumba-lumba itu hendak menyentuh tangannya di balik kaca. Bibirnya membentuk lengkungan senang saat moncong lumba-lumba itu menyentuh telapak tangan Isha.


“Senang bekenalan denganmu, Adik lumba-lumba. Aku yakin jika seseorang melihatmu sekarang pasti dia akan tersenyum senang.” Manik mata Isha menyorotkan kesedihan.


“Ma, lihat Kakak itu bisa bicara dengan lumba-lumba.”


Mendengar suara anak kecil, Isha langsung berbisik pada hiu putih dan lumba-lumba itu untuk segera pergi. Isha menoleh dan melihat seorang gadis kecil menggemaskan sedang menggandeng tangan ibunya. 


“Mana mungkin ada orang yang bisa bicara dengan lumba-lumba, Nana. Pasti kamu salah lihat.”


Isha bisa bernafas lega karena sang ibu tidak percaya dengan ucapan anaknya. Setelah itu sang ibu menarik tangan gadis kecil itu. Masih penasaran, gadis kecil itu menoleh kembali. Isha menempelkan jari telunjuknya meminta anak kecil itu untuk bicara. Mengerti maksud Isha, gadis kecil itu menganggukkan kepalanya.


Tiba-tiba sebuah panggilan masuk. Isha menekan tombol pada gelang pintarnya. Dari earphone berukuran kecil yang dipasang di telinganya, Isha bisa mendengar suara seseorang dari ujung telpon.


“Baik. Aku akan segera ke sana.” Ucap Isha bergegas meninggalkan tempat itu.

Lihat selengkapnya