Keluarga tidak harus memiliki hubungan darah. Ketika kita menyayangi orang lain dengan sepenuh hati, kita sudah menganggapnya seperti keluarga.
* * * * *
Devan menggerakkan tangannya untuk mengendalikan air yang dia bawa dari sungai. Dia segera berlari dan mengarahkan air itu menuju kobaran api yang berkobar di hutan. Pemanasan global yang terjadi menyebabkan hutan terbakar. Sehingga Presiden Sofyan meminta bantuan Devan dan timnya untuk menangani kebakaran hutan yang cepat melebar ini.
Di sisi lain, Arya membawa bongkahan tanah basah dan menjatuhkan di atas api yang berkobar. Dia melakukannya berulang kali. Beberapa petugas kebakaran pun membantu memadamkan. Sedangkan Isha membantu mengeluarkan para hewan yang terjebak di dalam hutan bersama dengan Rhea dan Zura.
Setelah berjam-jam bekerja keras, akhirnya api berhasil dipadamkan sehingga tidak menyebar keluar dari hutan. Devan menjatuhkan tubuhnya di tanah. Nafasnya terengah-engah karena begitu kelelahan menggunakan kekuatannya. Begitu juga dengan yang lain.
Isha berjalan menghampiri sang kakak dan memberikan botol air mineral. Devan meraih botol itu. Menggunakan kekuatannya untuk membuka tutup botol kemudian meneguknya hingga habis.
“Apa semua binatang sudah selamat?” tanya Devan menatap sang adik yang duduk di sampingnya.
Isha menggelengkan kepalanya. “Enggak semuanya. Ternyata ada seekor rusa dan seekor anak gajah yang terjebak dalam kebakaran itu. Aku terlambat menyelamatkan mereka.”
Devan mengelus puncak kepala adiknya. “Jangan bersedih. Meskipun kita memiliki kekuatan, tapi kita juga enggak bisa menyelamatkan seluruh makhluk hidup. Kamu sudah melakukannya dengan sekuat tenagamu, Isha. Kamu juga harus memikirkan banyaknya binatang yang sudah berhasil kamu selamatkan. Aku yakin mereka pasti lega karena bisa hidup berkat dirimu.”
Isha tersenyum mendengar ucapan kakaknya. “Makasih, Kak.”
Tiba-tiba sebuah mobil sedan hitam dengan bendera Indonesia menghiasi kap mobil. Segera semua orang yang sedang beristirahat langsung berdiri. Begitupula dengan Devan dan isha. Mereka bisa melihat Presiden Sofyan berjalan keluar dari dalam mobil. Sofyan tampak lega saat melihat api sudah padam sehingga menyisakan area gelap yang telah dilahap. Tatapan Sofyan beralih pada Devan. Pria itu berjalan menghampiri pemuda itu.
“Jadi kamu berhasil memadamkannya, Devan?” tanya Sofyan saat berhenti di depan pemuda itu.
“Aku enggak sendirian. Orang-orang di sini membantu memadamkannya.” Devan tidak mau dianggap drinya sendirian yang sudah bekerja keras di sini.
Sofyan menoleh kea rah Isha lalu ke arah orang-orang di sekitarnya. Pria itu tersenyum pada mereka. “Kalian sudah bekerja keras membantu memadamkan api di hutan ini. Aku sangat berterimakasih. Sebagai ucapan terimakasihku, aku akan meminta beberapa orang menyiapkan makan untuk kalian. Memadamkan api yang sulit ditaklukkan pasti sudah membuat kalian kehilangan banyak tenaga. Karena itu terimalah niat baik kami.”
Semua orang pun berseru senang mendengarnya. Kemudian Sofyan beralih kembali pada Devan. “Negara Indonesia merasa beruntung memilikimu dan juga timmu, Devan. Dan aku senang kamu mau membantu kami menangani beberapa masalah.”
“Enggak masalah. Asalkan kamu enggak menjadikan kami sebagai monster pembunuh, kami pasti akan membantumu.”
Sofyan menggelengkan kepalanya. “Tentu saja tidak akan.”
“Karena masalah di sini sudah selesai, aku dan Rhea akan pergi.”