Nessi di Mahakam

Ngiungiu
Chapter #1

Bagian 1

Baru saja Nuzlah berhenti, ia memandang sekeliling. Diturunkannya kaki kanan dari papan seluncur yang mengambang itu. Kaki kirinya masih di sana. Di atas benda futuristik itu.  

Kukatakan padamu, ini adalah tahun 2098. Udara kota Skopje, North Macedonia masih terbayang di kepala pemuda itu. 

Nuzlah berdehem. Membuang nafasnya kasar. 

Sial.

Sementara di depannya waktu seperti berjalan mundur. Ia baru saja kembali ke tanah kelahirannya. Samarinda.

Tidak ada musim dingin di sini. 

"Berikan aku 2 potong roti," sergah Nuzlah sambil menunjuk dua gundukan roti di dalam etalase kaca, bertuliskan akasara Jepang.

Pria bercelemek merah putih, dan mengenakan topi koki di belakang etalase nampak bingung. Ia tak memahami kata-kata Nuzlah. 

"Sorry sir," ucap pria berwajah oriental itu dengan gestur menunduk. 

Ah sial.

Nuzlah tentu saja lupa. Di sini tak ada yang menuturkan bahasa Slavik seperti dirinya. 

"Apa-apaan ?" 

"Oh, Skopje, aku merindukanmu," 

Ia melepas sarung tangan, lalu mengacungkan 2 jari setelah menunjuk gundukan roti yang ia mau.  

Ah ya, tentu saja. Kalau kau tanya padaku. Orang-orang pasti tak mudah untuk mengerti. Nuzlah hanya terlihat sebagaimana pemuda kota ini. Tak ada ciri fisik yang berbeda. 

Lagi-lagi ia kesulitan, karena kau harus tahu. Macedonia hanya sebuah negara kecil di semenanjung Eropa. Penuh sejarah penting, tapi tentu tak sepenting itu untuk diketahui penduduk Kota Samarinda, yang berjarak ribuan kilometer di seberang benua Eropa.

Tapi, aku asumsikan kalau kau pernah mendengar tentang Loch Ness. Ya benar. 

Danau di mana mahluk purba plesiosaurus tinggal.

Nuzlah menghabiskan waktu 2 pekan. Bahkan berkemah di tepi danau di Skotlandia itu. 

Hingga ia mendapati sesuatu yang menurutnya harus dipastikan. Samarinda dan beberapa kota di sekitarnya, ku katakan padamu mereka memiliki sungai besar.

Mahakam, adalah habitat bagi mahkluk kriptozoologi terkenal lainnya. Entah, apakah aku boleh menceritakan ini kepadamu atau tidak.

Hei, aku bisa mendengar bersitan yang berkelebat di kepalamu. Tengoklah kanan dan kirimu. Pastikan tak ada orang lain. 

Ya benar. Itu adalah Naga. Aku juga Nuzlah percaya, bahwa Naga hidup dan menjaga ekosistem Sungai Mahakam.  

Hal itu pula, yang mendasari pemuda blasteran Kutai - Bulgaria bernama lengkap Nuzlah Radev ini, kembali ke kampung halamannya. 

Maka akan kuceritakan padamu, apa-apa yang diceritakan Nuzlah padaku. Kau mungkin tak percaya, ia mengirimiku email secara berkala sejak 30 Juni 2021 lalu. 

Ia kiranya agak kebingungan. Terang saja. Ada rentang waktu yang sulit dijelaskan. Demikian aku juga sama tak mengertinya. Untuk dua hari pertama setelah secara tak sengaja aku menemukan email dari Nuzlah, di folder spam, aku nyaris tak bisa tidur. 

 

-Samarinda, 1 Juli 2021. Kamar kerja Giga.-

 

Sejak pukul 21.00, aku sudah mengantuk. Otak berkali-kali meminta oksigen lebih banyak. Isyarat menguap ini benar-benar menyiksa. 

Lihat selengkapnya