NESTAPA DI PUBER KEDUA

Rindiyati mei cayo
Chapter #7

Retak yang terbelah dua arah

Pagi itu, rumah terasa lebih tenang dari biasanya. Tapi bukan ketenangan yang menenangkan—melainkan keheningan yang menegangkan. Dira duduk di meja makan sambil memandangi piring kosong di hadapannya. Andra baru saja keluar kamar setelah menyisir rambut anak-anak dan menyiapkan bekal mereka ke sekolah.

“Anak-anak udah siap?” tanya Dira pelan, tanpa menoleh.

“Udah,” jawab Andra singkat. “Aku anter mereka sekarang.”

Dira hanya mengangguk. Tapi sebelum Andra benar-benar beranjak, Dira membuka suara lagi.

“Andra... sore nanti kita bisa bicara?”

Andra menoleh. Suaranya kaku. “Bicara soal apa?”

“Soal semuanya.”

Andra hanya bisa mengangguk, menahan napas yang terasa berat.

Sore harinya, langit Jakarta mendung. Andra duduk di ruang tamu, menunggu Dira yang baru saja selesai dari dapur. Jantungnya berdegup tidak karuan. Ia tahu hari ini bukan percakapan biasa.

Dira duduk di seberangnya, kali ini tak membawa kertas atau handuk, hanya dirinya sendiri dan tatapan yang lebih tenang daripada biasanya.

“Aku udah mikir panjang, Andra,” katanya pelan. “Dan aku sampai pada satu titik… bahwa kita mungkin gak harus terus maksa untuk kembali seperti dulu.”

Andra mengangkat wajahnya. “Maksud kamu...”

Lihat selengkapnya