NESTAPA DI PUBER KEDUA

Rindiyati mei cayo
Chapter #10

Di buang Dunia di hapus Takdir

Di langit sore di ujung kota Jakarta mulai kelabu. Awan menggantung rendah seakan bersiap menumpahkan lebih dari sekadar hujan,tapi juga kesedihan yang belum selesai. Di bawah jembatan layang itu, Andra duduk bersandar pada dinding beton yang dingin. Napasnya berat. Tubuhnya mulai melemah karena dua hari terakhir hanya terisi sisa roti basi dan air keran dari toilet umum.

Tak jauh dari situ, warung padang baru saja tutup. Seorang ibu muda keluar membawa dua bungkus makanan sisa. Melihat Andra, ia berhenti sejenak, lalu mendekat.

“Pak… mau nasi?” tawarnya hati-hati.

Andra mengangguk pelan. “Terima kasih…”

Perempuan itu menyodorkan bungkus plastik berisi nasi dan sayur yang mulai dingin. Tapi bagi Andra, itu seperti anugerah dari langit. Ia menerima dengan kedua tangan gemetar.

Namun tak lama setelah ibu itu pergi, datang dua petugas satpol PP menyisir kolong jalan. Andra tak sempat lari. Ia hanya duduk pasrah sambil memeluk nasinya.

“Hei! Kamu ngapain di sini?” bentak salah satu petugas.

“Saya cuma duduk, Pak… istirahat,” sahut Andra dengan suara yang nyaris tak terdengar.

“Ini bukan tempat tinggal. Bersihin tempat ini, atau ikut ke truk!”

Andra berdiri perlahan, menunjukkan plastik makanannya. “Saya nggak ngapa-ngapain, Pak. Cuma makan…”

Namun salah satu petugas menepuk pundaknya kasar. “Udah banyak yang ngeluh. Ada yang bilang kamu suka ngikutin orang. Jangan bikin susah.”

Andra terdiam. Ia tak pernah mengganggu siapa pun. Tapi dunia kini melihatnya bukan sebagai manusia. Ia hanyalah bayangan yang tak diinginkan. Ancaman bagi kenyamanan.

Dengan enggan, ia berjalan pergi, membawa dirinya entah ke mana. Plastik nasi itu masih hangat, tapi harga dirinya kini benar-benar dingin.

Malam itu, Andra tidur di belakang gedung tua, dekat parkiran supermarket. Ia menggulung dirinya dengan kardus, berusaha menghalau angin malam yang makin menusuk.

Di dalam pikirannya, wajah Dira muncul samar. Ia membayangkan Dira sedang duduk membaca buku di ruang tamu, ditemani secangkir teh hangat. Mungkin anak-anak tertidur di kamarnya. Dan mungkin… tak satu pun dari mereka memikirkan dirinya.

Lihat selengkapnya