NESTAPA DI PUBER KEDUA

Rindiyati mei cayo
Chapter #17

Tatapan Dari Kejauhan

Siang itu kota seperti oven besar. Asap knalpot, suara klakson, dan derap roda kendaraan bercampur jadi satu. Rani sedang rehat makan di warteg langganannya, sedangkan Andra duduk di pinggir trotoar depan minimarket, membawa kantong belanja kecil berisi sabun dan teh yang tadi ia beli dari uang pemberian Rani.

Meski tubuhnya mulai kuat, Andra belum merasa percaya diri untuk keluar sendiri. Tapi hari itu, ia memaksa.

“Aku harus bisa mandiri,” katanya.

Ia duduk diam, memperhatikan orang lalu-lalang. Beberapa remaja lewat tertawa keras. Seorang ibu menggandeng anaknya. Mata Andra terhenti sejenak, mengikuti langkah si anak kecil,karena dalam benaknya, ia terbayang sosok Arvan.

“Ayah! Cepet dong, aku mau lihat dinosaurus yang baru!”

Andra memejamkan mata. Suara itu kembali lagi. Suara anak yang mungkin pernah menjadi darahnya. Tapi siapa? Di mana? Semua samar.

Sementara itu, di seberang jalan, seorang perempuan berdiri terpaku. Ia baru saja keluar dari taksi, mengenakan blazer hitam dan rok kerja. Rambutnya diikat rapi. Wajahnya tegas. Matanya menatap lurus ke arah Andra.

Perempuan itu adalah Dira.

Ia tak salah lihat.

Itu Andra.

Meski tubuhnya kurus, wajahnya kusut, dan pakaiannya lusuh—ia tetap mengenali suaminya.

Suami yang telah menghilang berbulan-bulan tanpa kabar.

Suami yang telah mengkhianatinya, lalu pergi begitu saja seperti angin busuk yang lenyap di malam hari.

Jantung Dira berdegup keras. Tangannya mengepal.

Namun ia tidak bergerak.

Ia hanya berdiri di trotoar, membeku dalam diam.

Sementara di seberang jalan, Andra tetap duduk dengan kepala sedikit tertunduk, tidak menyadari siapa yang sedang menatapnya dengan mata penuh luka.

---

Di dalam kepalanya, Andra justru mendengar tawa kecil.

Lihat selengkapnya