NESTAPA DI PUBER KEDUA

Rindiyati mei cayo
Chapter #19

Kenyataan yang Terlalu Dekat

Hujan turun rintik sore itu. Udara lembab, jalanan becek, dan suasana gang sempit kosan Rani terasa lebih senyap dari biasanya.


Di ujung gang, seorang wanita berdiri mengenakan jas hujan warna hitam. Ia menatap deretan pintu kosan dengan wajah penuh tekanan.

Dira.


Ia datang sendiri. Naik ojek online dari kantor. Tak bilang pada siapa pun, bahkan anak-anaknya. Tak tahu persis di mana Andra tinggal—hanya mengikuti jejak dari komentar orang-orang yang menyebut lokasi unggahan pria itu.


Matanya menyisir pintu-pintu yang nyaris serupa.

Lalu, dari celah tirai jendela kecil kamar paling pojok… ia melihat siluet yang tak asing: lelaki duduk bersandar di tembok, dengan jam tangan kulit di tangannya.


Andra.


Dadanya sesak. Ia menahan napas. Tak mengetuk pintu. Hanya berdiri dan menatap, seperti melihat hantu masa lalu.


---

Sementara itu di dalam kamar, Andra sedang memutar jam tangan itu di telapak tangannya. Tiba-tiba, kilasan memori menghantam keras.


Ia menutup mata—dan semuanya datang seperti petir:


Dira duduk di sofa, wajahnya basah air mata.

“Andra, kamu tega banget ninggalin Aira pas dia sakit begini?”


Andra mengangkat koper.

“Aku… aku ngerasa gak sanggup jadi ayah. Aku cuma bikin kalian menderita.”


“Itu alasanmu? Menyerah?!”


Andra tak menjawab. Ia melangkah pergi.

Suara tangisan anak kecil terdengar di kejauhan.


Andra terengah. Nafasnya memburu.


Rani, yang baru selesai dari dapur kecil, langsung menghampiri.


“Pak? Kenapa? Bapak ingat sesuatu?”


Lihat selengkapnya