NESTAPA DI PUBER KEDUA

Rindiyati mei cayo
Chapter #20

Yang Tersisa Setelah Rumah

Malam turun tanpa bintang. Kamar kos Rani hanya diterangi cahaya kuning redup dari bohlam gantung yang bergoyang lembut karena angin dari jendela kecil yang terbuka setengah.

Andra duduk di ujung kasur, menunduk, tangan mengusap-usap jam tangan kulit yang tak pernah ia lepaskan lagi sejak ditemukan. Di seberangnya, Dira duduk bersila di lantai, lututnya saling merapat, wajahnya tegas namun matanya sendu.

Rani, duduk di dekat pintu, sengaja menjaga jarak. Ia tak ikut dalam percakapan. Ia hanya… menyaksikan. Tapi matanya tak bisa bohong,hatinya perlahan menjauh.

“Arvan sempat demam dua hari setelah kamu pergi,” kata Dira membuka percakapan, pelan tapi tajam. “Dia nyariin kamu. Tiap pagi tanya ke aku, ‘Ayah di mana?’ dan aku cuma bisa jawab, ‘Ayah lagi kerja jauh.’”

Andra menggigit bibir bawah. Jemarinya mengepal.

“Aku… aku nggak punya alasan. Aku cuma takut. Aku ngerasa gagal jadi suami. Gagal jadi ayah.”

Dira menatapnya lurus.

“Kamu pikir cuma kamu yang takut?” suaranya mulai meninggi. “Aku juga takut. Tapi aku tetap tinggal. Tetap jaga anak-anak kita. Sendiri!”

Andra tak sanggup balas tatapan itu. Ia menunduk dalam-dalam.

“Aku terlalu pengecut. Saat kamu marah karena aku dekat sama perempuan lain,aku gak bisa hadapi. Aku malah lari. Aku pikir pergi adalah cara biar kalian gak makin terluka karena aku.”

Dira tertawa kecil, getir. “Dan kamu kira luka kami berhenti setelah kamu pergi? Arvan mimpi buruk tiap malam. Aira berhenti bicara selama seminggu. Aku harus pura-pura kuat… padahal aku hancur.”

Andra meneteskan air mata.

“Aku mau ketemu mereka…”

Dira menggeleng. “Belum. Belum saatnya. Anak-anak… belum siap.”

Keheningan kembali turun.

---

Rani berdiri, berjalan ke dapur kecil dan pura-pura mencari air. Tapi matanya sembab. Ia menahan sesak yang mengendap sejak Dira datang.


“Kenapa rasanya aku ikut terluka, padahal aku cuma orang luar?”

Ia kembali duduk, tapi kali ini memunggungi mereka. Menyibukkan diri membuka-buka HP, meski tak ada apa-apa yang benar-benar ia lihat.


Andra sadar. Ia menoleh pelan ke arah Rani, lalu bicara pada Dira.

Lihat selengkapnya