NESTAPA DI PUBER KEDUA

Rindiyati mei cayo
Chapter #34

Di satu Meja,Luka dan Harapan Duduk Bersama

Arvan tidak suka perayaan besar. Tapi hari ulang tahunnya yang ke-11, Dira ingin tetap memberi kenangan. Maka, ia menyiapkan nasi goreng buatan sendiri, kue kecil, dan satu meja panjang di ruang tamu.


Aira ikut membantu menyalakan lilin. Danra duduk di teras, menunggu panggilan masuk.


“Panggil Ayah, Van,” kata Dira pelan.


Arvan tak menjawab. Tapi beberapa menit kemudian, Andra masuk dengan rambut sedikit basah oleh gerimis. Ia membawa kantong kecil.


“Selamat ulang tahun, Nak,” ucapnya pelan.


Arvan menunduk. “Makasih.”


Di meja itu, mereka duduk berempat. Makan dengan pelan. Hening. Tapi bukan karena canggung,lebih kepada, masing-masing sedang berdamai dengan pikirannya.


Lalu Aira berkata tiba-tiba, “Ini pertama kalinya kita makan satu meja lagi setelah... mungkin lima tahun?”


Tak ada yang membalas. Tapi senyum kecil muncul di wajah Dira.


Setelah makan, Andra membuka kantong kecil yang ia bawa.


“Aku gak tahu ini norak atau gak, tapi... aku bikin ini,” katanya sambil mengeluarkan tiga amplop.


Ia menyerahkannya satu per satu untuk Aira, Arvan, dan Dira.


“Boleh dibuka sekarang?” tanya Aira.


Andra mengangguk.


Mereka membukanya perlahan. Isinya... adalah surat tulisan tangan, bukan hasil ketik. Dengan tulisan miring dan tinta yang kadang menipis. Tapi setiap kata terasa jujur dan berat.


Isi surat untuk Dira:

Lihat selengkapnya