Hari pertama Andra tidur di rumah itu kembali terasa seperti masuk ke dunia yang nyaris asing.
Kamar tamu diubah menjadi tempat tidurnya. Ukurannya sempit, kasur tipis, kipas angin berdengung pelan. Tapi tak ada satu pun keluhan keluar dari bibir Andra.
“Kalau kamu naruh handuk di sini, jangan sampai basah netes ya,” ujar Dira saat pagi tiba.
“Kalau enggak, aku usir balik ke kosan,” sambungnya, setengah bercanda.
Andra tertawa. “Siap, Bu Rumah!”
Di meja makan, Aira sudah menyiapkan roti bakar dan kopi instan. Ia menyodorkannya dengan senyum cuek.
“Ini hasil YouTube. Gak enak, gak usah muji.”
Andra mengangguk khidmat. “Kalau enak, boleh minta lagi besok?”
Aira hanya pura-pura mendesah, padahal pipinya memerah.
Siangnya, Andra mendapat kabar tak enak.
Teman lamanya mengirim pesan:
“Bro, ada orang nyebarin gosip kalau lu bangkrut karena selewengin dana proyek dulu. Hati-hati, namamu udah dibawa-bawa ke forum pekerja.”
Andra terdiam lama.