NESTAPA DI PUBER KEDUA

Rindiyati mei cayo
Chapter #41

Retak yang Mulai Menganga

Hujan turun deras malam itu. Petir menyambar sesekali, menciptakan dentuman yang menggema seperti peringatan akan badai yang lebih besar di dalam rumah kecil itu.


Dira duduk di sudut ruang tamu. Matanya sembab, pelipisnya berdenyut karena terlalu banyak menangis. Sedangkan Andra, berdiri di dekat jendela, membelakangi istrinya, tubuhnya tegang, rahangnya mengeras.


“Kenapa kamu nggak pernah cerita tentang Rama?” Suara Andra pelan, tapi tajam.


Dira menggigit bibirnya. “Karena aku nggak ingin kamu menilainya salah. Itu bagian hidupku yang paling gelap. Aku nggak mau kamu atau anak-anak tahu…”


Andra menoleh perlahan, matanya menatap Dira dengan luka yang sulit disembunyikan. “Tapi sekarang semuanya datang sendiri ke rumah kita. Kalau dia cuma datang bawa urusan warisan, aku bisa terima. Tapi dia ngomong soal Aira, Ra. Dia bilang mungkin Aira anak dia.”


Dira menegang. “Itu fitnah! Kamu percaya omongannya?”


Andra menghela napas berat. “Aku... aku nggak tahu harus percaya siapa sekarang. Kamu pernah sembunyikan banyak hal dariku dulu. Tentang pernikahan kamu yang kedua. Tentang keguguranmu. Dan sekarang... tentang dia.”


Air mata Dira kembali mengalir. “Kamu bilang sudah memaafkanku dulu…”


“Aku memaafkan. Tapi nggak pernah benar-benar lupa, Ra.” Andra terduduk, kepalanya tertunduk. “Aku mencoba percaya, tapi kamu selalu membuatku merasa bodoh.”


Dira bangkit perlahan, mendekati Andra dan menggenggam tangannya. “Aku nggak pernah selingkuh. Aira bukan anak Rama. Kamu bisa tes DNA kalau kamu nggak percaya padaku.”


Andra menatap mata Dira, lalu melepaskan genggamannya. “Bukan soal tes, Dira. Tapi luka ini... mulai tumbuh lagi. Karena kamu terus menyembunyikan bagian dirimu dariku.”


Lihat selengkapnya