NESTAPA DI PUBER KEDUA

Rindiyati mei cayo
Chapter #42

Sepi itu Bernama Dira

Sejak pertengkaran terakhir, rumah itu terasa lebih sunyi dari sebelumnya. Tidak ada lagi suara tawa kecil Dira yang biasanya bergema di sudut dapur. Tidak ada lagi aroma masakan hangat di pagi hari, dan tidak ada lagi suara Andra yang bersiul sambil menyiram bunga.


Andra hanya duduk di ruang tengah, memandangi secangkir kopi yang tak disentuhnya sejak dua jam lalu. Uapnya sudah hilang. Panasnya sudah lenyap. Seperti hubungannya dengan Dira.


Pintu kamar Dira tetap tertutup. Sudah tiga hari. Tak ada ketukan, tak ada panggilan, bahkan tak ada makan malam bersama. Ia hanya mendengar suara tangis yang teredam dinding.


Andra menyesal. Tapi egonya lebih keras dari lidahnya. Ia belum bisa mengetuk pintu itu dan meminta maaf.


---


Di balik pintu, Dira menyandarkan tubuhnya yang lelah secara emosional. Matanya sembab, rambutnya kusut. Tapi bukan fisiknya yang lelah jiwanya yang mulai terkikis.


Ia merasa gagal menjadi istri. Gagal menjadi sahabat Andra. Bahkan gagal menjaga dirinya sendiri.

Lihat selengkapnya