Nestapa Mila

Ana Widyaningrum
Chapter #2

KELUARGA KECIL YANG (KURANG) HARMONIS

Mila akhirnya bisa bernapas lega. Setelah semua kerepotan yang selalu terulang di pagi hari, mulai dari menyapu halaman rumah dari rontokan daun kering yang gugur dari pohon mangganya, mencuci baju, hingga menyiapkan sarapan serta bekal untuk suami dan putrinya, akhirnya kini tiba waktunya Mila untuk beristirahat sejenak. Kata sejenak memang harus diberi garis bawah, karena dari total dua puluh empat jam yang dipunya oleh manusia, waktu istirahat yang dimiliki Mila sangat terbatas. Di berbagai sudut di rumahnya, masih banyak pekerjaan rumah yang menunggu untuk diselesaikan olehnya.

Setelah menyeruput teh jahe yang tak lagi panas, Mila lalu menyalakan ponselnya dan mencari aplikasi pemutar musik andalannya. Ia mencari lagu favoritnya yang bernada sendu dan selalu ia putar berulang kali menemaninya beraktivitas. Sembari mengunyah sisa martabak dan terang bulan yang semalam dibeli Agus, suaminya, ia meluruskan kakinya di sofa dan membaca berita terbaru dari para publik figur tanah air.

Lagi-lagi berita perceraian artis.

Mila membatin setelah membaca berita di media sosial dengan judul yang membuatnya terkejut. Karena setahu Mila, pasangan artis ini selalu tampil mesra di depan kamera. Namun kini, tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba sang istri menggugat cerai suaminya karena ketahuan selingkuh dengan wanita yang bahkan tak lebih cantik dari si istri.

Boleh nggak sih aku bersyukur karena semakin banyaknya kasus perceraian? Karena dengan begitu, suamiku akan semakin banyak mendapat klien.

Mila beristigfar. Ia mengurut dadanya dan menggeleng cepat. Tak lupa ia juga segera mengenyahkan pikiran jelek yang baru saja melintas di pikiran. Untuk mengalihkannya, Mila segera menutup ponsel, lalu melangkahkan kakinya menuju dapur. Di wastafel tempat cuci piring, segala macam peralatan dapur yang sejak pagi buta dipakainya memasak sarapan untuk suami dan putrinya, masih menumpuk, menunggu untuk dicuci.

Setelah semua cucian piring ini beres, aku akan keluar rumah untuk belanja bahan masakan di tukang sayur depan kompleks.

Mila tersenyum lebar. Berbelanja adalah aktivitas yang sangat ia senangi. Meski hanya sebentar saja, ia bisa keluar dari rumahnya yang sempit dan penuh dengan berkas-berkas kasus yang ditangani suaminya, untuk bertemu dengan dunia luar.

***

Sesampainya di tukang sayur langganannya, Mila segera memilih sayur dan lauk yang akan ia masak untuk makan siang sekaligus makan malam. Yang Mila senang, meski setiap hari ia masuk ke dalam golongan Ibu-ibu yang terlambat berbelanja, tetapi di tempat langganannya ini, stok bahan makanannya masih lengkap dan melimpah. Karena memang penjual sayur ini buka sampai jam tiga sore. Mila tersenyum senang saat melihat beberapa bungkus lele yang segar, masih tersedia di meja panjang yang disediakan oleh sang penjual.

 “Lelenya, Bu. Segar-segar, loh!” ujar penjual sayur, pada Mila. Ia hafal dengan bahan makanan yang biasa dibeli oleh Mila.

  Mila merasa tertangkap basah karena melihat lele yang masih melimpah. Ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan bagus ini. Agus sangat suka makanan olahan yang terbuat dari lele. Meski Kania, putrinya, tak begitu suka dengan lele, tetapi Mila tetap membelinya.

“Iya, Bu. Saya ambil semua,” ujar Mila yang segera disambut dengan senyum cerah dari penjual yang jilbabnya hanya disampirkan ke belakang itu.

“Wah beruntung banget ya Pak Agus punya istri kayak Bu Mila.” Tetangga Mila yang baru saja tiba, segera menimbrung obrolan antara Mila dan penjual sayur itu.

Lihat selengkapnya