Nestapa Mila

Ana Widyaningrum
Chapter #6

RUTINITAS BARU

Lagi-lagi, Tuhan tak bisa membiarkan Mila hidup dengan tenang, meski hanya satu hari. Baru saja kemarin Mila memutuskan bermanuver untuk mencabut gugatannya, hari ini Agus, yang telah hampir genap dua minggu tak tampak batang hidungnya, akhirnya pulang. Tak ada kabar apa pun dari Agus sebelumnya. Tiba-tiba saja dia pergi dan datang seenak hati. Mila terpaksa harus menunda agendanya ke pengadilan agama, setelah suaminya berangkat kerja.

“Ini aku bawakan sarapan kesukaanmu,” ucap Agus sembari menyodorkan sebungkus keresek hitam berisi dua tiga bungkus mika bening yang berisi nasi kuning, pada Mila. “Pindahkan dua porsi punyaku di piring ya.”

Hal seperti ini yang membuat Mila muak. Mila terpaksa harus menyiapkan seluruh kebutuhan Agus jika ia sedang berada di rumah. Dalam hati ia mengingatkan dirinya sendiri, supaya bersabar demi bisa memenangkan persidangan setelah sembuh nanti.

Tanpa menjawab ucapan suaminya, Mila berjalan menuju dapur untuk mengambil piring dan sendok. Tak lupa ia juga menyeduhkan kopi kesukaan suaminya. Sesampainya di meja makan, ia lalu memindahkan nasi kuning sesuai dengan perintah Agus. Setelah selesai menata meja makan, Mila lalu berlalu menuju kamar.

“Kamu nggak makan juga?” tanya Agus yang terkejut dengan sikap Mila.

Mila mengembuskan napas. Tangannya telah memegang gagang pintu, sedikit lagi berhasil masuk ke kamarnya. Ia sedang tak ingin berdebat. Karenanya Mila lebih memilih menyingkirkan Agus dari pandangannya.

“Aku sudah makan sama Kania tadi pagi,” ucap Mila sembari menutup pintu kamar.

Beberapa saat kemudian, dengan mata penuh kilatan amarah, Agus membuka pintu terlalu keras. “Mau kamu itu apa sih, Mil? Suami kamu baru pulang dari loh, masak kayak begitu respons kamu.”

Mila yang sedang berbaring membelakangi Agus, memilih untuk tak memedulikan konfrontasi suaminya.

“MILA!!” Agus benar-benar tak bisa menahan amarahnya karena merasa tak dianggap oleh istrinya sendiri. Namun ia masih bisa menahan untuk tak menyeret paksa Mila untuk menghadap ke arahnya.

Entah mengapa keberanian Mila meningkat pesat sejak mengetahui kebohongan suaminya. Mendengar bentakan semacam itu pun, Mila tetap bergeming.

Agus lalu berjalan keluar dari kamar. Sambil terus mengomel tentang kelakuan Mila, ia menutup pintu dengan membantingnya lebih keras daripada saat membukanya tadi. Omelan Agus tentangnya masih bisa didengar oleh Mila. Agus menyebut dirinya istri yang durhaka dan pemalas. Karenanya, ia berusaha menutup telinganya dengan bantal dan memejamkan matanya dengan paksa.

Istri durhaka? Memangnya aku tiba-tiba saja berubah jadi durhaka kayak begini? Aku hanya merespons tingkah lakumu yang nggak kalah durhaka.

Istri pemalas? Memangnya selama belasan tahun ini kalian bisa istirahat dengan nyaman di rumah, tanpa harus mengeluhkan rumah kotor, siapa yang membersihkannya? Baru sehari saja rumah kotor dan berantakan, ngeluhnya kayak begitu. 

***

Mila terbangun saat azan berkumandang. Saat membuka mata, ia sempat terkejut karena gorden di kamarnya tertutup. Disangkanya ia terbangun di hari yang berbeda. Ia langsung melompat dan menyingkap gorden itu. Mila tak bisa menyembunyikan rasa leganya karena melihat matahari bersinar sangat terang, hingga membuat matanya silau. Ia lalu bergegas membuka ponsel di atas nakas, ketakutannya terbangun di hari yang berbeda ternyata masih belum reda. Mila benar-benar lega setelah melihat tanggal yang tertera di ponselnya masih tanggal yang sama seperti di ingatannya.

Mila jadi baru menyadari sesuatu. Saat melihat ke luar rumah tadi, Mila tak lagi melihat mobil suaminya. Mila akhirnya memberanikan diri untuk keluar kamar. Setelah menyisir di segala sudut rumah, Mila akhirnya membuat kesimpulan bahwa memang benar, tak ada tanda-tanda keberadaan Agus. Setelah itu, Mila segera bersiap untuk menuju ke pengadilan. Dalam hati ia berdoa supaya tak bertemu dengan suaminya di sana.

Halah paling dia pulang lagi ke rumah istri mudanya.

Mila membatin kesal. Karena hingga kini, Agus hanya bisa menghindar dari masalah ini, dengan pulang ke rumah istri keduanya, seperti yang ia lakukan biasanya. Justru Mila merasa, hingga kini Agus terus berusaha untuk membujuknya supaya setuju dengan pilihan hidup yang ia ambil. Seperti yang ia lakukan tadi pagi, tiba-tiba membawakan makanan kesukaannya.

Lihat selengkapnya