Nestapa Mila

Ana Widyaningrum
Chapter #17

PERSIDANGAN PERTAMA

Sebagai seseorang yang memiliki pengalaman buruk tentang ditinggalkan oleh orang yang disayang, Mila tumbuh menjadi pribadi yang kurang percaya diri. Ia selalu merasa dirinya tak cukup pantas untuk dicintai. Bayangan akan orang-orang di dekatnya yang suatu saat memilih pergi, selalu menghantuinya. Yang selalu tertanam di dalam pikiran Mila saat menjalin sebuah hubungan, entah itu percintaan atau pertemanan adalah bagaimana cara supaya seseorang di dekatnya, bisa bertahan menjalin hubungan dengannya dalam waktu yang lama.

Hal itulah yang membuat Mila selalu berusaha lebih keras setiap menjalin hubungan dengan seseorang. Mila juga cenderung hampir selalu mengalah setiap kali ada hal yang memicu terjadinya pertengkaran. Mungkin hal itu juga yang membuat perjalanan cinta Mila selalu berakhir dengan kecewa. Karena biasanya, para pria cenderung cepat bosan pada wanita yang lebih berusaha mencintai mereka. Bagi pria, wanita seperti Mila adalah tipe yang mudah ditebak dan tak menantang adrenalinnya lagi. Sehingga pada akhirnya, mereka memilih untuk memutuskan hubungannya dengan Mila.

Hanya hubungannya dengan Agus yang bertahan hingga pernikahan. Alasannya tentu saja bukan karena Agus adalah pribadi yang paling baik dari segala sisi, jika dibandingkan mantan kekasih Mila yang lain. Namun karena Agus bisa bertahan sedikit lebih lama menghadapi karakter Mila yang menurut pria kebanyakan cenderung membosankan. Menurut Mila, Agus juga selalu ada saat ia sedang dalam kondisi membutuhkan orang lain. Kondisi yang dimaksud Mila di sini, bahkan dimulai sejak momen pertama kali mereka bertemu.

Selepas lulus SMA, Mila pergi merantau ke luar kota. Karena tak memiliki biaya, orang tua yang mengasuh Mila menyuruhnya bekerja, alih-alih melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berbarengan dengan anak-anak seusianya di lingkungan tempat tinggalnya, Mila akhirnya berangkat merantau ke kota besar. Tujuan Mila adalah kota yang masih menjadi tujuan nomor satu para perantau dari kota kecil.

Mila yang aslinya penakut, berusaha memberanikan diri untuk berangkat. Sepanjang perjalanan menuju perantauan, tak henti-hentinya ia meyakinkan diri sendiri bahwa tak perlu ada yang dikhawatirkan, karena semua pasti baik-baik saja. Memang benar, pada akhirnya Tuhan mendengar doa Mila. Ia mengabulkan permohonan itu dengan mendatangkan Agus di hidup Mila. Dan sejak saat itu, hidup Mila berubah jadi lebih mudah.

Setibanya di perantauan, Mila dan beberapa anak dari desanya segera menuju tempat kos yang sudah disediakan oleh senior mereka yang lebih dulu merantau di kota ini. Perjalanan yang melelahkan dari desa ke kota, ternyata masih berlanjut. Karena tempat kos yang menurut senior merupakan tempat terbaik ini jauh dari terminal dan pusat kota. Mila dan rombongan masih harus menumpang angkot yang disewa seniornya menuju lingkungan tempat tinggal mereka yang baru.

Perjalanannya hampir seperti jarak dari rumahnya di desa ke terminal di kota, lumayan jauh hampir belasan kilo. Namun seniornya berkali-kali jemawa bahwa meski jauh dari kota, tetapi fasilitas yang tersedia di lingkungan kos sangat lengkap.

“Jangan samakan kayak di desa, ya. Yang kalau kita butuh barang yang nggak dijual di desa, kita harus berjuang melewati perjalanan belasan kilo.”

Rombongan Mila hanya mengangguk-angguk saja karena tak memiliki banyak tenaga lagi yang tersisa. Dalam hati mereka juga berharap apa yang disampaikan senior yang bicaranya setinggi langit ini, benar-benar sesuai dengan kenyataan.

Setelah hampir satu jam, mereka akhirnya tiba di tempat kos yang dimaksud. Karena lelah seharian di perjalanan, Mila dan rombongan langsung masuk ke kamar masing-masing setelah senior itu membagi kamar dan jatah makan malam.

“Ingat, ya, besok kalian harus bangun pagi. Karena sudah harus memulai pengenalan lingkungan kerja!” teriaknya lantang, hampir seperti menggunakan pengeras suara. 

***

Mila bekerja di sebuah industri makanan beku yang mengekspor produknya ke berbagai negara sekitar Indonesia. Setelah menjalani pengenalan lingkungan kerja selama sehari, Mila bersama teman sekamarnya yang juga teman sekampungnya dulu, Elis, ditempatkan di bagian pengecekan  makanan beku. Pengecekan itu dilakukan di sebuah ruangan bersuhu minus sepuluh derajat celsius. Tugas mereka bersama empat orang yang lain adalah mengecek stok makanan yang akan lanjut ke proses pengemasan ke dalam dus.

Awalnya Mila pikir tak masalah bekerja di ruangan bersuhu ekstrem seperti itu, karena paling tidak ia telah terbiasa hidup di lereng gunung bersuhu dingin. Namun ternyata setelah beberapa bulan bekerja, Mila mengeluhkan sakit di bagian pinggulnya. Setelah dipaksa Elis untuk memeriksakan diri, Mila akhirnya berangkat ke puskesmas terdekat. Oleh Dokter di puskesmas, Mila didiagnosis batu ginjal. Hal itu bisa terjadi karena selama bekerja, Mila sering lupa minum.

Karena tak ingin menanggung risiko yang lebih besar, atas Mila memindahkannya di bagian yang terletak di sebelah ruang kerjanya, yaitu bagian pengemasan. Dari ruang kerjanya yang cenderung selalu terbuka saat ini, Mila bisa melihat situasi kerja dari bagian lain, yaitu administrasi. Hal itu semakin menumbuhkan keinginannya sejak pertama kali berkeliling tempat kerjanya.

Mila sangat ingin bekerja di bagian administrasi itu. Mila membayangkan betapa bangganya ia jika suatu saat bisa duduk di meja yang terletak paling depan di kantornya, dan menerima pihak luar yang akan berurusan dengan kantornya. Pekerja lain, bahkan yang dari luar kantornya, selalu memandang pekerja administrasi dengan pandangan yang baik. Tak seperti jika memandang pekerja di bagian penyimpanan, penuh dengan ejekan, dan terkesan dipandang sebelah mata.

Namun karena Mila baru lulus SMA dan belum pernah bekerja, jadi ia hanya bisa pasrah dan menerima ketika ditempatkan di bagian paling bawah, yaitu ruang penyimpanan. Saat Mila menceritakan keinginannya itu pada Elis, kata teman sekamarnya, setidaknya ia harus memiliki sertifikat komputer atau bahasa inggris dari sebuah lembaga kursus. Mila yang pada waktu itu hanya sedikit memiliki uang bekal dari orang tua angkat, pun tak bisa melakukan apa-apa.

Lihat selengkapnya