Nestapa Mila

Ana Widyaningrum
Chapter #21

TERBUKANYA SEMUA FAKTA

Mila hanya bisa menggelengkan kepala mendengar kesimpulan yang ditarik oleh Reza barusan. Meski tak tahu pasti kapan tepatnya Agus menerima kiriman uang sewa dari Hari dan Cahyo, yang ditilapnya sendiri untuk persiapan keperluan mendadak seperti ini, tetap saja Mila merasa sakit hati. Mila kecewa sekaligus menyesal telah mengorbankan semua hal untuk Agus, yang ternyata semudah itu membodohinya.

Vina dan Lita yang merasa tak mempunyai hak bicara di forum ini, hanya bisa menguatkan Mila dengan sentuhan fisik. Kini Vina berusaha menggenggam tangan Mila yang dingin dan sedikit bergetar. Sementara Lita terus mengelus pundak Mila, berusaha meyakinkannya bahwa semua yang didengarnya saat ini adalah bagian dari masa lalu.

“Semua itu terjadi berapa tahun yang lalu tepatnya, Pak?” tanya Mila sembari memandang Hari, Cahyo, dan Reza bergantian.

“Maafkan kami, Bu Mila,” sahut Reza cepat. “Kami terpaksa melakukan ini karena jika kami membongkar semua kebohongan yang telah dilakukan Pak Agus, kami rasa persentase kemenangan kita dalam persidangan akan semakin besar,” terang Reza. Ia tampak sedikit menyesal karena membuka fakta ini menyebabkan Mila membuka luka lama.

Mila mengangguk dengan tatapan kosong. Ia kembali menanyakan pertanyaan yang belum dijawab oleh Reza sekali lagi.

“Tahun ini memasuki tahun ke empat, Bu Mila,” seru Cahyo akhirnya.

 Mila menganggukkan kepala berulang kali. Empat tahun ia hidup mengabdi dengan tulus pada Agus tanpa tahu ternyata ia menyembunyikan hubungan dengan wanita lain di belakangnya. Meski rasa sedih masih mendominasi hatinya, tetapi kali ini Mila berusaha untuk tak hanya fokus ke perasaan itu.

Mila telah belajar dari pengalaman bahwa ia tak akan mendapatkan apa pun selain keburukan, dari kesedihan yang terus menerus difokuskannya. Karenanya kali ini Mila mencoba mengalihkan fokus dan energinya untuk memikirkan tentang apa yang bisa pihaknya lakukan untuk membalas semua perbuatan Agus.

“Saya mohon bantuannya pada Pak Hari dan Pak Cahyo, supaya berkenan untuk menjadi saksi di persidangan nanti,” ucap Mila memelas.

Cahyo refleks mengembuskan napas panjang. Logika dan nuraninya tampak saling berbeda pendapat.

Berbeda dengan rekannya yang masih saja ragu untuk membantu Mila, Hari segera menyahut. “Saya siap membantu, Bu Mila. Dalam hal ini, bantuan saya bukan lagi untuk memperjuangkan uang saya yang hilang karena Pak Agus,” ucap Hari bersemangat. “Tapi saya ikut memperjuangkan hak sebuah keluarga yang telah dirampas oleh kepala keluarga itu sendiri sejak lama.”

Mila terharu mendengarnya. Ia lalu berterima kasih pada Hari karena telah menyetujui permintaannya.

Cahyo menatap Hari cukup lama. Ia mengembuskan napas panjang, tampak seperti berharap supaya tak menyesali keputusan yang akan ia ambil hari ini. “Saya juga akan ikut bersaksi di persidangan nanti,” ucapnya sembari menatap meja.

“Pak Cahyo juga akan membantu kita?” tanya Mila bersemangat.

Cahyo beralih menatap Mila. Ia kemudian mengangguk yakin. Tampaknya keraguan yang sempat bersemayam dalam pikirannya, kini telah menguap. “Saya lakukan ini karena saya juga punya anak gadis, Bu Mila. Maaf saya ... ikut sedih mendengar cerita tentang putri anda. Begitu teganya seorang Ayah, terlebih lagi seorang kepala keluarga, menghancurkan seluruh sendi kehidupan anggota keluarga. Saya nggak bisa tinggal diam jika mengingat hal itu.”

Mila menggigit bibirnya, ia mengangguk menahan haru. “Terima kasih, Pak Cahyo,” ucap Mila. Ia lalu beralih ke arah Hari dan sekali berterima kasih padanya.

Vina dan Lita kemudian merangkul pundak Mila. Mereka berdua kompak mengucapkan selamat pada Mila karena kemenangan telah berada di depan mata.   Mila mengusap matanya yang basah. Kedua tangannya kemudian menangkup pelukan Vina dan Lita yang berada di samping kanan dan kirinya.

Mila lagi-lagi bersyukur, semua masalah yang menimpanya, telah membawanya sejauh ini. Ia kini tak lagi seorang Mila yang selalu menjadikan Agus sebagai patokan benar dan salah dari segala aktivitasnya. Mila bebas menjadi diri sendiri, dan menentukan langkah serta tujuan dalam hidupnya sesuai dengan apa yang ada dalam pikirannya.

Lihat selengkapnya