“Sederhananya, mengenal kamu itu sekaligus mengenal bahagia.
Tapi, juga mengundang harapan yang jauh lebih bahaya.
Semoga saja, tidak ada kecewa di akhir cerita.”
Naya menunggu angkutan umum di halte dekat dari sekolahnya. Matahari bersinar terik membakar kulit. Tubuh Naya kini lengket karena keringat. Ia ingin segera sampai rumah dan mandi dengan air dingin. Tak lama, angkutan umum tujuannya datang. Ia pun langsung menaiki angkutan umum yang penuh dan sesak itu. Sepanjang jalan, ia hanya mengutak-atik ponselnya dan menemukan notifikasi undangan grup.
“XI IPA 4”
Entah siapa yang membuatnya, tapi Naya tetap mengeklik “Join”.
Notifikasi pesan masuk langsung menyerbu di ponselnya. Naya memutuskan untuk mematikan notifikasinya karena berisik. Ketika sedang fokus membaca pesan yang masuk, tiba-tiba angkutan umum yang ditumpangi Naya berhenti mendadak disertai suara ledakan.
“Gimana sih, tuh orang! Bawa motor kayak kesetanan gitu!!!” ucap sopir angkot marah. “Pecah kan, ban gue!” Dari nadanya, jelas sopir itu terlihat sangat kesal. Semua penumpang terpaksa diturunkan. Dengan malas, Naya ikut turun. Ia memasukkan tangan di sakunya, kosong. Uang di sakunya habis. Naya pun merogoh dompet di dalam tas, mencari benda kecil berwarna merah muda yang biasa ia bawa. Namun, kali ini ia tidak menemukannya.
“Duh bego!” ucapnya menepuk dahi. “Gue nggak bawa dompet lagi! Masa iya gue harus jalan? Masih setengah perjalanan lagi, jauh! Ampun Tuhan, Naya capek,” keluhnya. Tiba-tiba sebuah motor membunyikan klakson di dekat Naya berdiri.
“Nay!” ucap si pengendara ketika mendekat.
Naya memicingkan mata untuk mengetahui siapa orang yang baru saja memanggilnya.
“Dimas?” tanya Naya sedikit bingung.
“Iya, gue Dimas. Ngapain lo di pinggir jalan kayak cabe-cabean gini?” Dimas terkekeh.
“Sial! Gue mau balik, tapi dompet gue ketinggalan. Boleh, nggak, gue nebeng Dim?” pinta Naya tersenyum dan menaikkan alisnya.
“Boleh, sih. Tapi, nanti pas udah sampai rumah lo, lo nggak usah kasih gue duit ya. Gue bukan Rafa,” ucap Dimas kembali terkekeh.
“Dasar onta!” cibir Naya menanggapi.
“Ayo cepet naik!”