Gadis itu tak tahu di mana ia saat ini. Sebuah mini bus yang penuh sesak oleh remaja seumurannya membawanya pergi entah kemana. Ia menengok kesana-kemari untuk mencari jawaban, dan yang ia temukan hanyalah pemandangan para remaja yang saling berdempetan dengan peluh yang hampir membanjiri sekujur tubuh karena kurangnya ruang dalam kendaraan yang mengeluarkan suara berisik tersebut. Hampir semua penumpang adalah remaja, mereka masing-masing membawa sebuah koper besar, termasuk dirinya. Remaja? Gadis itu menyadari bahwa umurnya tidak lagi bisa dibilang remaja. 25 tahun seharusnya sudah dikatakan sebagai orang yang beranjak dewasa. Tapi entah karena apa gadis tersebut merasakan jika dirinya kembali remaja. Apakah hanya perasaanya saja.
Mini bus itu tiba-tiba berderit. Rem yang diinjak sembarangan menimbulkan goncangan dan membuat penumpang yang berdiri saling mendorong untuk menahan tubuhnya agar tidak terjatuh, termasuk gadis berambut coklat yang masih kebingungan tersebut. Ia menarik koper merah besarnya agar kembali pada posisinya setelah ia berhasil berdiri tegak. Seorang ibu-ibu gemuk yang tadi duduk di kursi dekat pintu turun dan mengucapkan terima kasih pada supir bus.
“Saya turun di perbatasan ya.” Ucap seorang ibu yang duduk tepat di belakang supir setelah bus mulai berjalan.
Sang supir menjawab dengan satu anggukan kepala.
Tidak lama kemudian mini bus itu kembali berderit, namun kali ini para penumpang lebih siap sehingga tragedi saling dorong tidak lagi terjadi. Ibu-ibu yang duduk di belakang supir itu turun dan mengucapkan terima kasih sama seperti ibu sebelumnya.
Sesaat sebelum bus mulai berjalan kembali, gadis berambut coklat itu menundukkan sedikit badannya dan mengamati pemandangan dari kaca depan bus.
“Apa-apaan semua ini?” gumamnya.
Pemandangan gelap terbentang di depan matanya. Dan bus yang ia tumpangi berjalan perlahan menembus kegelapan. Setelah bus tersebut masuk, gadis tersebut menyaksikan gelapnya malam di tengah siang. Di kanan kiri jalan hanya ada pepohonan seperti hutan. Namun anehnya hutan tersebut seperti diselimuti kabut berwarna hitam. Sangat jelas jika pohon-pohon di kanan kiri jalan tidaklah terlalu tinggi. Tapi sinar matahari tak sedikitpun bisa menerobos kabut hitam tersebut. Bus yang ia tumpangi berjalan sangat hati-hati karena kurangnya penerangan. Supir bus tidak ingin mencelakai para penumpangnya yang sekarang hanyalah para remaja, karena dua ibu-ibu tadi sudah turun.
Gadis tadi kembali menengok kesana kemari untuk memperhatikan ekspresi setiap penumpang dalam bus. Mencari seseorang yang kebingungan sama sepertinya. Tidak ada satupun penumpang yang terlihat sangat bingung sampai ia bertemu mata dengan gadis berambut hitam pekat yang sekarang duduk di kursi tempat ibu-ibu gemuk tadi duduk. Gadis itu menelengkan sedikit kepalanya dan menaikkan alisnya, lalu gadis yang duduk mengedipkan mata beberapa kali untuk memberikan jawaban. Entah percakapan seperti apa yang mereka lakukan, namun lucunya mereka saling mengerti. Dan gadis berambut coklat itu sekarang sedikit bernafas lega, karena ia menemukan seorang teman yang senasib dengannya.
Untuk kesekian kalinya bus itu berderit, dan sebentar kemudian berhenti. Mata gadis berambut coklat itu menyipit karena tiba-tiba mendapat rangsangan cahaya. Hutan gelap sudah terlewati dan sekarang bus berhenti di perbatasan antara hutan dan kota yang sangat indah. Jika bus itu berjalan sedikit lagi, di depan sana sudah ada warna-warni kota yang sangat menakjubkan. Namun bus tersebut tak memberi sinyal akan kembali berjalan. Supir bus mematikan mesin lalu ia turun menghampiri seorang supir angkutan umum berwarna biru yang sepertinya sudah menunggunya.
“Apa kita akan pindah kendaraan?” tanya seorang gadis yang menyanggul seluruh rambutnya di puncak kepalanya membentuk gumpalan kecil.
“Sepertinya iya.” Jawab remaja pria yang berdiri di sampingnya.
Gadis berambut coklat itu mengamati dengan seksama percakapan dua remaja tersebut.
Sebentar kemudian sang supir bus kembali dan berkata “Turun di sini, kalian ganti kendaraan.”
Dengan patuh dan tanpa bicara apa-apa para remaja dalam bus mulai turun. Dengan terpaksa gadis berambut coklat itu bergerak mengikuti arus dengan menyeret koper merahnya yang ternyata lumayan berat.
“Kita mau dibawa kemana?” tanya gadis berambut hitam pekat pada gadis berambut coklat.