Keyra terbangun oleh suara jam wekernya yang nyaring. Samar-samar terdengar burung di luar, membuat Keyra semangat berjalan ke arah jendela kamarnya lalu membukanya lebar-lebar. Hembusan angin yang disertai embun pagi menerobos masuk ke kamar gadis itu. Keyra tanpa sadar tersenyum lebar ketika merasakan udara sejuk membelai wajahnya. Aroma khas pedesaan yang hampir tak pernah ia temui membuatnya merasa sangat senang.
“Andai saja aku di sini untuk berlibur.” Kalimat itu meluncur di bibir tipisnya tanpa sadar.
Tidak sampai di situ saja, aroma roti panggang samar-samar menelusup masuk melalui celah pintu dan sampai di hidung Keyra. Pagi yang indah.
Keyra dengan riang turun menuju dapur, mencari asal mula aroma roti panggang yang membuatnya lapar itu. Tak ada siapapun di dapur. Hanya ada catatan kecil di atas tudung saji.
“Non Keyra. Supir akan menjemput pukul 6.20. Non Keyra akan di antar menuju sekolah bersama Nona Ran.”
Keyra mengernyitkan alisnya membaca catatan tersebut. Namun belum sampai otaknya berfikir, perutnya sudah terlebih dulu protes. Akhirnya ia memutuskan membuka tudung saji dan mendapati roti panggang dan segelas susu coklat yang masih hangat. Keyra yakin ini baru saja selesai disiapkan. Tapi mengapa orang yang menyiapkan ini semua tidak datang untuk menyapanya?
Keyra sudah siap ketika jam menunjukkan pukul 6.15. Ia tipe orang yang sangat tepat waktu. Ketika ia keluar rumah, ia sedikit terkejut melihat Ran memakai seragam yang sangat berbeda dengannya. Seragam Keyra memiliki atasan putih polos berlengan pendek serta rok kotak-kotak berwarna abu-abu. Sementara seragam Ran berupa atasan pendek dan bawahan celana panjang berwarna hijau pastel. Jika seragamnya tak sama, berarti sekolah mereka juga berbeda.
Keyra yakin ia tak salah mengambil pakaian. Hanya ada satu pakaian yang di beri catatan ‘seragam sekolah’. Tidak, maksudnya ada beberapa pasang namun dengan bentuk yang sama. Semua benda yang ada di dalam rumah memiliki catatan sehingga Keyra tak mungkin salah mengambil barang.
“Sepertinya kita tidak satu sekolah.” Ucap Ran.
“Yah, padahal aku sudah bersemangat karena menggunakan jemputan yang sama.” Jawab Keyra sambil membetulkan tas punggungnya yang berwarna merah muda.
Ran sempat melirik tas milik Keyra tersebut sambil mengernyitkan dahinya. Ia merasa ngeri karena Keyra terlihat sangat feminim.
“Tas ini satu-satunya yang ada di dalam, jadi aku memakainya. Jangan salah faham dengan seleraku.” Keyra ternyata menyadari tatapan Ran.
“Em. Sepertinya memang tidak cocok untukmu.” Komentar Ran yang hanya dibalas Keyra dengan mengedikkan bahu.
Mobil Van berwarna hitam berhenti di depan mereka. Lalu kepala sang supir tersembul dari kaca mobil yang terbuka.
“Nona Keyra dan nona Ran. Silahkan masuk.” Kata supir tersebut.
“Wow.” Keyra dan Ran bereaksi bersamaan.
“Okey aku tidak berharap akan dibukakan pintu.” Kata Ran langsung membuka pintu mobil.
“Selamat pagi. Saya akan mengantar kalian ke sekolah, namun khusus hari ini saja. Tidak, khusus pagi ini saja.” Kata sang supir. Mobil van itu mulai melaju.
Keyra dan Ran yang sudah duduk nyaman di kursinya menunggu penjelasan selanjutnya.
“Besok kalian bisa berangkat sekolah menggunakan mini bus. Haltenya ada tepat setelah ‘Black Forest’ tersebut.” kata sang supir sambil menunjuk hutan gelap yang kemarin mereka lewati.
Ran tertawa terbahak-bahak sampai hampir terjungkal mendengar kalimat sang supir. Keyra terkikik geli di sebelahnya.
“Ada apa?” tanya sang supir karena tak mengerti.
“Kenapa harus disebut black forest? Mengingatkanku dengan kue coklat yang itu.” Ran masih belum bisa mengendalikan tawanya.