-never-ending secret

El-zaarie
Chapter #1

1. -The House-

Perlahan, matahari senja kembali ke peraduannya. Sungguh anggun nan elok bak ratu yang sedang turun dari singgasananya. Matahari senja telah meninggalkan langit. Tugasnya hari ini  telah usai. Kini, giliran bulan dan bintang berjaga menemani langit. Yang biasanya dinantikan pula oleh seorang gadis kesepian. Karena gadis itu hanya bisa berkawan dengan sinar bulan dan bintang dengan jarak yang jauh tanpa matahari di langit sana. 

  Teressa Avreelia, nama gadis itu. Ia tak membenci matahari. Tapi, ia juga tak bisa berkawan dengan matahari, sedikit pun itu, tetap saja ia tak bisa. Nyawanya lah yang akan menjadi taruhannya. Sebab, ia memiliki penyakit langka, alergi sinar matahari atau nama ilmiahnya disebut dengan penyakit Xeroderma Pigmentosum dan singkatannya ‘XP’.

   Karena keterbatasannya, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Waktu keluar malam untuk bermain diluar rumah pun dibatasi oleh mamanya. Berjalan santai menikmati udara malam, atau mengunjungi alun-alun kota ditemani mama, dan terkadang hanya menyapa bintang-bintang malam yang bertabur dari atap rumah ditemani gitar kesayangannya.

   Tak jarang, Teressa berkecil hati dengan penyakitnya. Ia kadang merasa percuma juga dilahirkan ke dunia ini. Ia ingin merengkuh hangatnya sinar matahari. Tapi kapan? Dia selalu bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. 

     Ia gadis kesepian. Tak memiliki teman kecuali Bella seorang. Dan kadang Bella juga malas mendengar celotehannya tentang matahari dan kehangatan. Tapi, Bella lebih menyukai Teressa yang menceritakan tentang musik.

Keduanya sama-sama menyukainya. Dan mereka pernah mengunjungi konser malam penyanyi kesukaan mereka. Saling kompak bila bercerita tentang musik.

    Walaupun Teressa sering keluar rumah di malam hari, tetangganya tak pernah menyadari keberadaannya. Tetangganya mengira ibunya tinggal di sana sendiri sebagai janda tua yang kesepian. Padahal nyatanya Teressa selalu ada di rumah itu. Berkeliaran di malam hari, mengunjungi pusat kota mencari konser kecil-kecilan atau kadang dia yang menggelar konser kecil sendiri.

 Lalu, suatu hari rumah sebelah yang kosong itu mulai dihuni dengan tetangga baru. Awalnya mereka terlihat ramah, tapi ternyata, merekalah yang menjebak keluarga Teressa. Mereka berprasangka buruk kepada mamanya dengan seorang laki-laki berbaju hoodie hitam yang sering mendatangi rumah itu tiap tengah malam. Padahal, sebenarnya laki-laki yang mereka kira adalah Teressa yang baru saja pulang dari jalan-jalan santainya.

    Akhirnya sejak masalah itu.Teressa mulai menunjukkan dirinya. Tapi lagi-lagi, tetangganya memfitnah dirinya. Teressa paham kalau tetangganya bingung dan malu karena prasangkanya salah, oleh karena itu, mereka membuat fitnah baru untuk menutupi kesalahannya. Dan fitnahnya itu benar-benar membuatnya marah dan frustasi. Bagaimana tidak? Tetangga barunya menyebarkan rumor besar bahwa dia adalah anak tanpa ayah yang jelas dengan alasan Teressa tak pernah keluar dari rumahnya seolah-olah mamanya menyembunyikannya dari publik karena malu dengan putrinya.

     Karena kejadian itu, Teressa dan mamanya pindah dari rumahnya. Dan disinilah ia berada sekarang. Di depan rumah barunya. Sebuah rumah dengan aksen Belanda yang sudah sangat tua, tapi, masih terlihat kokoh. Perkarangan yang luas baik di depan atau di belakang rumah dengan ayunan tua yang menggantung hening pada dahan pohon besar di belakang rumah itu. 

    Ia mulai menyusuri pekarangan rumahnya ditemani senter dalam genggamannya karena pencahayaan lampu pekarangan yang remang. Saat ia melihat pohon ek besar belakang rumahnya, ia tertegun. Ia merasa ada sesuatu yang menarik dari pohon itu. Ayunan.

Lihat selengkapnya