Tringg.....
Bel istirahat berbunyi. Murid-murid berhamburan keluar kelas tanpa mempedulikan guru sudah keluar kelas atau belum. Ada yang berlari ke kantin untuk memberi asupan cacing-cacing yang memberontak di dalam perut, ada yang ngacir ke perpustakaan sekedar berburu WiFi gratis, dan ada yang pergi ke taman untuk merefreshkan otak akibat rumus-rumus matematika yang dinilai rumit.
"Sorry." Ucap seorang gadis ketika ia kerap kali menabrak orang-orang disekitarnya. Ia terus berlari dengan menggenggam erat bekal ditangannya.
Dialah Bulan Rachellia, yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini. Meski nafasnya terengah-engah, ia terus berlari dengan satu harapan. Harapan bekal yang ditangannya agar dihabiskan oleh sahabat merangkap pujaan hatinya, Narendra Bumi Albard. Benar-benar BUDAK CINTA!
Hossh,,,hosh,,, hosh. Bulan menelisik keseluruh penjuru taman. Pandangannya jatuh pada seorang cowok yang tengah duduk di kursi taman dengan earphone ditelinganya sambil memejamkan mata menikmati udara segar disekitar.
Entah kenapa Tuhan begitu menganugerahkan pahatan wajah yang sempurna untuk Bumi. Belum lagi kepintaran dan kelebihan yang lainnya. What a perfect human!
Oh ukhti, nikmat Tuhanmu yang manakah engkau dustakan?
"Gua emang ganteng kok." Ujar Bumi melepaskan earphone ditelinganya. Matanya perlahan terbuka, instingnya mengatakan ada yang tengah memperhatikan.
Pernyataan cowok dihadapannya membuat Bulan kiceup. Ia tercyduk seperti tengah maling ayam.
"Hehe, ni bekal untuk Bumi. Bulan yang bikin lho. Pake bumbu rasa cinta, rasa sayangnya juga ada. Kalo rasa rindu apalagi, tadi dikasih banyak deh." Jelas Bulan panjang lebar. Sedangkan cowok dihadapannya hanya fokus membuka kotak bekal buatannya. Bumi terus melahap seolah tidak mendengar penuturan Bulan yang ngaur ngidul. Sungguh menyebalkan!
"Enak?" Bumi hanya mengangguk, Bulan tersenyum sumringah.
"Bumi suka?" Bumi hanya menganggukkan kepalanya lagi.
"Kalo sama Bulan?"
"Hah?!"
"Bumi suka gak sama Bulan?" Tanya Bulan lebih jelas.
"Anak kecil harus fokus sekolah. Gak boleh cinta-cintaan." Lagi-lagi hanya pernyataan itu yang keluar.
Kapan Bumi suka sama Bulan seperti Bumi suka sama bekal buatan Bulan?
"Bentar lagi bel, masuk kelas gih. Btw, makasih." Bumi mengacak rambut Bulan.
"Urwell." Balas gadis itu sembari tersenyum.