🍁Happy Reading 🍁
Fara berjalan mondar-mandir di halte bis yang berada tepat di depan SMA Garuda. Jam pulang sekolah telah berbunyi satu jam yang lalu.
Tadi, ketika baru saja ingin pulang bersama Irene, Ia malah dipanggil Bu Ayana-guru BK untuk membahas materi-materi pembelajaran yang terlewatkan selama dia izin.
Ia merasa mendapat kesialan saat ini. Pasalnya bis sekolah sudah pergi sedari tadi dan lebih buruknya baterai HP nya habis. Seharusnya tadi Ia meminta Irene untuk menemaninya. Harapannya saat ini hanyalah mengandalkan taksi yang mungkin berkenan lewat di jalan yang sepi itu.
Tiba-tiba sebuah motor sport berhenti di sampingnya. Pemiliknya terlihat gagah dengan helm full face dan jaket jaket hitam yang membalut tubuhnya. Sedetik kemudian Fara langsung memutar bola matanya ketika melihat siapa penunggangnya, Darren.
"Belum di jemput?"
"Udah tau masih nanya" sembur Fara tanpa menoleh pada Darren. Ia tampak acuh dan memilih menatapi jalan yang terlihat lenggang.
"Mau ikutan gak?" Tawar Darren setelah beberapa saat hening menyelimuti mereka.
"Makasih. Gue gak semiskin itu sampai gak bisa bayar taksi" ujar Fara dengan senyum yang dipaksa.
"Oh yaudah" ujar Darren bersiap pergi tetapi sedetik kemudian ia kembali membuka kaca helmnya.
"Oh iya, entar kalo ada yang manggil Lo tapi orangnya gak ada, gak usah diladenin. Dia emang suka jahil" lanjut Darren lalu menancap gasnya.
"Dasar monyet!" Ujar Fara setengah berteriak.
Kruk kruk
Fara meringis sambil memegang perutnya. Ia begitu lapar saat ini.
Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya saat tatapannya jatuh pada pohon mangga yang ada di samping pintu gerbang.
Ia pun segera mengumpulkan batu dan melempar buah mangga yang jangkauannya tak terlalu tinggi dan pastinya yang telah matang. Ia tidak mungkin memanjat karena sedang memakai rok.
Lemparan pertama
Batu melesat jauh dari sasaran
Lemparan ke-dua