Ngaku Gaul Kok Galau

Bentang Pustaka
Chapter #3

BAB 3 : Sebab datangnya galau

Galau juga punya sebab musabab, lho. Penyebabnya bisa datang dari mana saja, baik dari luar maupun dari dalam diri kita sendiri. Nah, selama ini pasti ada hal-hal yang kurang tepat saat kita menjalani kehidupan dan keseharian. Jadi, enggak pantas banget kalau kamu-kamu menyalahkan keadaan atas masalah yang menimpa, apalagi menggalau ria, padahal yang menyebabkan semua itu adalah diri kita sendiri. Itulah mengapa kita harus belajar mengoreksi diri. Hal-hal yang menyangkut perasaan dan membuat kita terbelenggu bisa jadi karena kita enggak paham dan enggak mau memperhatikan apa yang telah dan akan kita perbuat. Allah Swt. telah berfirman:

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ .

 

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Hasyr [59]: 18)

 

Dalam hadis juga disebutkan, Rasulullah Saw. bersabda:

 

“Hisablah dirimu (di dunia) sebelum dirimu dihisab (di akhirat). Berhiaslah dengan amal untuk menghadapi hisab yang besar karena hisab akan diringankan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab dirinya di dunia.” (HR Tirmidzi)

 

 

Untuk itu, kita akan mulai mengevaluasi, ya, apa saja sebab musabab Si Galau bisa datang dan bersarang dalam hati? Jangan-jangan selama ini kita banyak lalainya, ya. Waspadalah! Waspadalah :D!

 

Ibadahnya

Enggak Maksimal, tuh!

Ibadah adalah hal pertama yang perlu kita evaluasi, Guys. Apakah selama ini ibadah kita sudah benar? Sudah tulus? Karena Allah Swt. atau karena yang lain? Nah, coba tanyakan kembali kepada diri kita masing-masing. Jangan-jangan, selama ini ibadah kita asal-asalan, sekadar formalitas, atau masih pamrih macam-macam. Lalu, apa efek ibadah yang enggak maksimal terhadap galau? Wah, banyak, Guys. Ibadah itu berkaitan dengan hati, iman, dan Islam kita. Kalau ibadah kita asal-asalan, itu sudah membuktikan iman kita sedang down. Ketika iman kita down, hati mudah terkena virus galau, lupa, dan lalai bahwa sebenarnya kita masih memiliki Allah Swt. sebagai tempat mengadu.

Ada bermacam-macam ibadah, di antaranya ibadah mahdah dan ghairu mahdah. Ibadah mahdah adalah ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah dan memiliki syariat, seperti shalat lima waktu, puasa, haji, membaca Al-Quran, dan sebagainya. Sementara itu, ibadah ghairu mahdah adalah ibadah yang enggak hanya berhubungan dengan Allah Swt., tapi juga memiliki hubungan atau interaksi antara makhluk Allah Swt yang satu dan yang lainnya. Ibadah ghairu mahdah meliputi kegiatan yang saling memberi manfaat satu sama lain. Contohnya, belajar, berzikir, tolong-menolong dalam kebaikan, dan sebagainya.

See, ibadah itu banyak, kan, Guys? Cobalah untuk memperkuat ibadahmu. Enggak sekadar shalat yang hanya sebatas menggugurkan kewajiban, perkuatlah rohanimu dengan memaksimalkan ibadah-ibadah yang lain. Yang terpenting lagi adalah istiqamah dalam menjalankannya. Ibadah-ibadah kecil yang dilakukan dengan istiqamah jauh lebih baik daripada melakukan ibadah yang besar dan berat, tapi setelahnya kamu enggak pernah melakukannya lagi. Misalnya begini, shalat lima waktu tepat pada awal waktu dan puasa sunah Senin-Kamis lebih utama daripada sedekah dengan banyak uang, tapi enggak menjalankan kebaikan dan ibadah lain dengan istiqamah, misal shalat masih bolong-bolong dan enggak tepat waktu.

Seperti kata Dr. ‘Aidh al-Qarni, dalam bukunya La Tahzan, salah satu nikmat Allah yang paling besar—jika kita mau berpikir—adalah bahwa shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam dapat menebus dosa-dosa kita dan mengangkat derajat kita di sisi Rabb kita. Bahkan, shalat lima waktu juga dapat menjadi obat paling mujarab untuk mengobati berbagai kekalutan yang kita hadapi dan obat yang sangat manjur untuk berbagai macam penyakit yang kita derita. Betapa pun, shalat mampu meniupkan ketulusan dan kejernihan iman ke dalam relung hati sehingga hati pun selalu rida dengan apa saja yang ditentukan oleh Allah Swt. Lain halnya dengan orang yang lebih senang menjauhi masjid dan meninggalkan shalat. Niscaya mereka akan hidup dari satu kesusahan ke kesusahan yang lain, dari guncangan jiwa yang satu ke guncangan jiwa yang lain, dan dari kesengsaraan yang satu ke kesengsaraan yang lain.

Nah, benar, kan, Guys, lagi-lagi memang tentang shalat ... shalat ... dan shalat. Shalat adalah fondasi ibadah yang paling dasar dan kuat. Kalau fondasinya saja sudah kuat dan senantiasa diperbaiki, kita enggak akan mudah terkena virus galau yang enggak jelas arahnya ke mana. Kita akan senantiasa mengingat Allah Swt. sebagai satu-satunya tempat tujuan saat kita lelah, terjatuh, dan hendak meminta pertolongan-Nya. Dengan begitu, kita akan menjadi pribadi yang tangguh dan tahan uji .

Iblis dan setan enggak pernah putus asa untuk menyesatkan manusia, bahkan yang paling beriman sekalipun. Bagaimana dengan kita yang imannya masih seringan kapas, terombang-ambing terbawa angin, dan belum bisa beribadah dengan maksimal? Jelas-jelas iblis dan setan senang banget, tuh, sama manusia yang begitu. Mereka akan mudah sekali disesatkan hingga lupa sama Allah Swt. Lupa bahwa hakikat kita sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah Swt. adalah menjadi khalifah di Bumi dan akan senantiasa beribadah kepada-Nya. Nah, kehidupan kita di Bumi ini pun amanah. Sudahkah kita mengerjakan dan menjalaninya dengan sebaik mungkin?

 

Nevthing Lu!

(Negative Thinking Melulu)

Masih ingat ungkapan Rene Descartes? “Aku berpikir maka aku ada.” Jangan-jangan malah enggak tahu, tuh? Tepok jidat, deh. Begini, nih, ungkapan tersebut ingin menyatakan bahwa berpikir adalah hal paling utama dalam diri kita. Sudah kita bahas pada bab sebelumnya bahwa berpikir memiliki pengaruh terhadap banyak hal. Nah, sementara itu, pikiran kita terdiri atas dua hal yang kadang bertolak belakang. Apa, tuh? Memangnya magnet? Memang, Guys, dua hal ini benar-benar enggak bisa menyatu, yaitu pikiran positif dan pikiran negatif. Sering kali, yang bikin kacau adalah pikiran-pikiran negatif kita. Bukan sering lagi, sih, namanya, tapi memang pikiran negatif itu bisa bikin kacau banyak hal.

Bayangkan, seandainya pikiranmu hanya dipenuhi pikiran-pikiran negatif, sedangkan pikiran sudah jelas-jelas memengaruhi seluruh bagian tubuh, baik dari segi jasmani maupun rohani. Aku berpikir maka aku ada, berarti aku berpikir negatif maka aku pun negatif. Iya, dong, kalau kita cek lagi, ungkapan tadi benar, lho. Apa ada orang yang berpikiran negatif, terus dia jadi positif? Kayaknya enggak pernah ada, tuh, Guys. Bukankah cara berpikir seseorang itu mencerminkan dirinya juga, begitu juga sebaliknya? Kalau pikirannya sudah negatif, pasti tindakannya pun sering enggak terkontrol. Pikiran itu akan memengaruhi hati. Pikiran rusak, hati ikut-ikutan rusak, Guys. Padahal, Rasulullah Saw. telah bersabda seperti ini.

 

“Ketahuilah, di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah itu adalah hati.” (HR Bukhari dan Muslim)

 

Nah, kalau hati sudah rusak, rusak, deh, semuanya.

See, mari kita lihat, Guys, apa saja yang sering membuat kita jadi nevthink.

 

Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang datang dari dalam diri kita sendiri, Guys, seperti berikut.

 

Jauh dari Allah Swt.

Dr. Ibrahim Elfiky, seorang motivator muslim dunia, menjelaskan bahwa penyebab utama kehidupan seseorang bagaikan mata rantai penderitaan, keluar dari satu masalah, lalu masuk ke masalah lain, adalah karena dia jauh dari Allah Swt. Seorang mukmin sejati itu selalu bertawakal, bertakwa, dan bersyukur kepada-Nya, baik dalam kondisi lapang maupun sempit, bukan hanya ingat Allah Swt. saat menderita saja. Hayooo, siapa yang suka begitu?

Seorang mukmin sejati enggak pernah berhenti mendekat kepada-Nya. Tahukah kamu? Ternyata, ambisi utama orang yang jauh dari Allah Swt. adalah dunia, Guys. Kalau kamu-kamu masih mementingkan duniawi semata tanpa diimbangi mendekat kepada Allah Swt., enggak heran, deh, kalau hidup kamu akan dihantui prasangka buruk terus-menerus alias nevthink melulu. Allah Swt. telah berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى.

 

Artinya:

Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta. (QS Tha Ha [20]: 124)

 

Tuh, kan, jauh dari Allah Swt. itu efeknya ke mana-mana. Waspada, Guys!

 

Enggak Punya Tujuan Hidup yang Jelas

Menurut Dr. Ibrahim Elfiky, ada lima jenis manusia di dunia ini, Guys. Siapa saja? Ummm ... Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus erectus ... Huwaaa, bukan itu, Guys ... !!! Check it out, deh!

1. Orang yang enggak tahu apa yang diinginkannya.

Yaaa, bisa dikatakan hidupnya enggak jelas begitu, deh, Guys. Dalam bahasa Jawa-nya, ngalor melu ngalor, ngidul melu ngidul alias ke utara ikut ke utara, ke selatan ikut ke selatan. Kayak daun yang ditiup angin, enggak jelas arah dan geraknya ke mana. Nah, orang kayak begini, nih, hobinya mengeluh terus dan enggak berbuat apa-apa untuk meraih hidup yang lebih baik. Bawaannya pasrah, tapi pasrah yang salah. Pasrahnya tanpa usaha.

2. Orang tersebut tahu apa yang diinginkannya, tapi enggak melakukan apa pun untuk menggapainya.

Lihat selengkapnya