Pagi itu, sebuah mobil keluarga berwarna hitam metalik terlihat baru saja sampai di vila yang berada di salah satu kawasan perbukitan Bedugul. Lebih tepatnya di desa Tirta yang terletak di kawasan wisata Bedugul, Tabanan, Bali.
Lalu dari dalam mobil, keluar lima orang pemuda pemudi yang sama-sama mengenakan pakaian serba tebal. Mereka terlihat senang karena sudah sampai di tempat tujuan, walau masih menyisakan sedikit kekusutan di wajah masing-masing. Sisa dari perjalanan yang di tempuh dari Bandara Internasional Ngurah Rai ke Bedugul.
Dua di antara mereka langsung sibuk menurunkan beberapa ransel serta koper dari bagasi belakang. Sedangkan tiga sisanya, terlihat lagi asyik menikmati indahnya pemandangan di alam sekitar yang sejuk dan asri. Di mana lingkungan sekitar masih begitu alami dengan aneka pepohonan serta rerumputan yang tumbuh subur di sana.
Sisa jejak embun pun masih membekas. Sehingga memberikan aroma lembab yang menyegarkan. Selain itu, saat mereka mengembuskan napas. Terlihat ada asap putih yang keluar dari indera penciuman. Seperti orang yang sedang merokok.
Hal itu terjadi karena adanya efek perubahan wujud kondensasi pada udara yang keluar dari mulut dan hidung. Ketika sedang berbicara atau bernapas. Fenomena ini biasa terjadi di wilayah-wilayah yang berudara dingin. Apalagi ini masih di pertengahan bulan Juni. Bulan yang masih berada di musim dingin sebelum memasuki musim panas pada bulan Agustus.
"Apa kalian tidak mau membantu kami sama sekali?" tanya salah satu pemuda di antara mereka yang berambut ikal sebelum membawa ransel dan koper masuk ke dalam vila.
"Enggak!" jawab ketiga perempuan yang berdiri di tepi tebing yang berpagar besi secara bersamaan sambil tertawa ringan.
"Ini ransel dan koper kebanyakan milik kalian, lho. Apa iya, cuma aku sama Darma aja yang membawa semua ini ke dalam? Tega banget kalian," protes pemuda itu sambil melirik temannya di samping kanan yang baru saja menutup pintu belakang mobil.
"Aish, Haidar. Kamu itu cowokkan? Dan badanmu pun besar serta berotot. Jadi, jangan protes gitu dong! Anggap aja itu latihan angkat beban. Seperti yang sering kamu lakukan di gym tiap minggu," jawab perempuan berjaket merah muda sambil tetap tertawa.
"Iya, nih. Rugi dong kalau gitu nge gym-nya. Gitu aja udah protes. Jangan-jangan itu cuma timbunan lemak, bukan otot," ejek perempuan yang berambut sebahu untuk mendukung jawaban temannya tadi.
Sedangkan perempuan satunya lagi yang berkepang dua dan berkacamata. Hanya tertawa sambil melirik ke sebuah desa yang berada di lereng bukit. Tepat di sisi kanan vila tempat mereka berlima menginap. Untuk menghabiskan waktu liburan selama seminggu penuh di sana.
"Sudahlah, Haidar. Percuma protes sama mereka. Kita bawa aja semua ini ke dalam. Toh, liburan kali ini mereka bertiga yang menanggung biaya semuanya. Anggap aja ini sebagai kompensasinya," bujuk sosok pemuda yang bercukuran cepak sambil membawa dua buah ransel dan segera bergegas masuk ke dalam vila.