Ngerenyeh

Chairil Anwar Batubara
Chapter #5

Bagian 5

Aku yakin kau pernah memejamkan mata dan mencoba untuk segera tidur tetapi kau tetap tidak tidur dan pikiranmu melayang ke mana-mana; mungkin ke masa lalu, dengan segala penderitaan dan kebahagiaan yang kau pernah alami, mungkin juga ke masa depan, dengan harapan-harapan dan keinginan yang nantinya ingin kau wujudkan, atau mungkin pada peristiwa-peristiwa hari ini, hal yang baru saja terjadi. Persis, itulah yang sedang kualami.

Aku kembali memejamkan mata setelah memerhatikan langit-langit kamar sambil mengingat perempuan di bawah pohon tadi. Aku yakin dia tinggal di kontrakan ini. Hal terakhir yang kudengar adalah detak jarum jam dinding, suaranya terasa dekat sekali di telingaku. Aku menoleh sambil menyenternya dengan lampu flash. Pukul 00.12 Wib. Aku mencocokkan jam itu dengan jam gawai dan mendapati sedikit perbedaan. Jam dinding itu lebih lambat empat menit, dan aku terlalu lelah untuk membetulkannya. Lalu, aku tak ingat lagi. Malam kian sepi dan mencekam.

Lampu sudah menyala ketika aku terbangun karena mendengar suara orang bercakap-cakap dari kamar belakang. Cahaya lampu terasa menyilaukan. Aku melindungi mataku dengan tangan. Berat sekali rasanya untuk berdiri dan mematikan kontal lampu.

"Aku tahu," katanya, "kau belum tidur, kan?"

Dia pasti sedang menelpon seseorang, pikirku. Terus terang, itu terasa mengganggu sekali. Sebagai tetangga, mengingat sekarang sudah jauh malam, dia seharusnya tidak bicara sekuat itu.

"Hei!"

Sepertinya dia sedang kesal.

"Kau belum tidur, kan?"

Aku pura-pura batuk.

"Kau kenapa?" tanyanya.

Lihat selengkapnya