Nick Oliver and the Soul of Terror

Mario Ekaputta
Chapter #3

Perkara Masalah

Wajahku berubah dalam sekejap, aku memang suka dengan cerita-cerita mistis, tetapi biasa aku hanya mendengarkannya hanya untuk hiburan semata. Kini, seorang penyidik akan membicarakan hal ini dengan serius. Kulihat tidak ada kepanikan pada wajah Nick, ia menunjukan ekspresi yang rileks sambil merentangkan kakinya dan menyandarkan badannya ke tembok. Akupun hanya terdiam mendengarkan cerita dan perbincangan mereka.

“Begini,” kata Prajna, “lu tau pak Burhan Nasution gak? Dia dosen dan salah satu pengusaha di daerah Pluit.”

“Baru pertama sih gua dengar soal orang itu,” jawab Nick.

“Ya, jadi dia itu seorang pengusaha dan dosen juga di beberapa kampus. Beberapa minggu yang lalu, katanya ia ngeliat setan di parkiran kampus tempat dia ngajar. Setan ini mirip dengan mantan supir dan pembantunya, Lukman Abdurahman.”

“Ada apa dengan si Lukman?” tanya Nick.

“Dia udah meninggal tahun kemarin pas lagi pandemi corona. Si pak Burhan pun enggak tahu pasti apakah si Lukman meninggal pure karena corona atau penyakit apa. Dia waktu itu memang terinfeksi corona. Tak lama berselang, rumah sakit yang mengisolasi dia mengabarkan bahwa dia telah meninggal dan langsung disemayamkan karena kondisi pandemi saat itu gak memungkinkan untuk melayat kan.”

“Oke, terus?”

“Bukan cuma itu Nick, sejak saat itu dia sering mengalami hal-hal aneh. Di mobilnya sering ada bau-bau kemenyan, peliharaan burung-burungnya banyak yang mati. Sampai minggu kemarin, dia terjatuh di garasi rumahnya sendiri setelah melihat setan ini di rumahnya yang mendekat untuk menyerangnya. Dia bersikeras dan melapor ke polisi, tapi yah mana bisa kepolisian mengurus makhluk dari dunia lain. Akhirnya gua kasih nomor gua ke dia dan suruh dia laporan kalau emang ada hal-hal kaya gini lagi.”

“Dia udah ke dukun atau ke orang pintar?”

“Udah. Sejak kejadian pertama di parkiran tuh dia udah sering manggil pendeta untuk doain dia. Dia udah pergi ke dukun atau orang pintar juga, tapi tidak ada hasilnya makanya dia coba ke polisi. Dua hari yang lalu, makhluk itu berulah lagi. Sekarang pak Burhan lagi ada dirumah sakit, dia dirawat inap. Dia terguncang banget, apalagi keluarganya punya riwayat penyakit jantung. Tadi pagi dia udah sadar, terus dia langsung ngabarin gua soal hal ini.”

“Apa ada bukti-bukti yang menunjukan ini adalah kejahatan manusia?”

“Gak ada, ini kayanya benar-benar perbuatan setan. Gua sempat bicara sebentar sama Pak Burhan, dia bilang agak gak mungkin ini adalah perbuatan manusia. Rumahnya besar, cuma ada satu jalan untuk masuk ke rumahnya, yaitu lewat gerbang depan. Sekeliling rumahnya ada kawat sehingga gak mungkin ada yang bisa keluar masuk selain lewat gerbang depan dan ada dua satpam yang stand by menjaga disana bergantian selama 24 jam.”

“Kalau dia emang yakin ini perbuatan setan, ngapain hubungin gua? Rumahnya gak ada CCTV, Praj?”

“Yang dua kejadian diawal gaada. Setelah pak Burhan jatuh di garasi, barulah istri dan anaknya mendesak untuk memasang CCTV di rumahnya.”

“Oke, terus pas kejadian kedua di rumahnya ada rekamannya?”

“Nah itu dia, pada kejadian kedua tiba-tiba CCTV di seluruh rumah itu blackout selama beberapa detik pas ada setan itu. Tapi di waktu lain CCTV tetap berjalan dan gak ada rekaman ada orang asing yang keluar masuk dari rumah itu.”

“Garasi lagi?”

“Iya. Kata pak Burhan, Lukman memang sering di garasi dan ngurusin mobil-mobil. Sejak hantu Lukman itu muncul, mobil apapun yang dipake pak Burhan ada suasana mistisnya dan kejadian aneh sering muncul di garasi.”

“Jadi mereka menyimpulkan kalau ini perbuatan arwahnya si Lukman?”

“Iya, seperti yang gua bilang tadi. Semasa hidupnya si Lukman ini sering menghabiskan waktu di garasi mengurus mobil-mobil. Mereka merasa arwahnya masih ada di garasi dan sering mengikuti mobilnya pak Burhan. Bahkan gua belum punya kesimpulan lain bro.”

“Lukman ini bener-bener udah meninggal?”

“Udah Nick, ada surat-suratnya pada pak Burhan.”

“Loh? Kok surat-suratnya sama dia?”

“Karena katanya si Lukman ini udah gaada keluarga lagi ketika kerja sama pak Burhan. Gaada yang tahu juga asal muasal si Lukman, makanya kematiannya diurus sama keluarga pak Burhan.”

Suasana hening seketika, aku sendiri merinding mendengar cerita tamu kami malam ini. Nick terlihat sangat santai dan dari wajahnya terlihat antusiasme yang tinggi terhadap perkara ini. “Oke, Praj. Ada lagi yang bisa gua ketahui?” tanyanya.

“Sejauh ini belum, gua juga belum pernah ke TKP langsung. Berhubung ini kasus gak mungkin ditelusuri oleh kepolisian, gua rasa lu tertarik Nick mengambil kasus ini,” jelas Prajna.

“Gua gak bisa berbuat banyak saat ini, tapi gua pengen ketemu langsung sama Pak Burhan. Bilang ke dia, gua akan coba bantu dia.”

Well, besok mungkin gua akan coba atur supaya lu bisa dateng ke rumahnya di Pluit. Kebetulan, malam ini beliau udah pulang dari rumah sakit.”

“Oke, besok gua akan kerumahnya. Tolong atur aja jadwalnya.”

“Ya, baik. Karena ini pasti akan jadi kunjungan yang panjang, gua akan coba atur waktu dimana Pak Burhan ini benar-benar kosong. Kalau gitu, gua balik dulu ya Nick.”

Prajna mengambil jaketnya dan berpamitan pada kami. Nick kembali duduk di matrasnya dan mulai menyalakan rokoknya, sedangkan aku hanya terdiam membayangkan cerita mistis ini. Baru kali ini aku mendengar cerita mistis dimana ada arwah penasaran yang berusaha menyerang mantan majikannya sendiri.

“Jadi gini Nick kasus ini unik menurut lu?” tanyaku penasaran.

“Yah, ini lumayan lah,” jawab Nick.

“Tapi urusannya sama setan kah?”

“Enggak, jangan percaya dulu bahwa ini tuh setan. Pasti ada penjelasan yang masuk akal dan gua akan coba mengungkapnya.”

“Oh jadi lu kaya mystery inc?”

“Apa? Scooby-doo?” tanya Nick dengan raut kurang setuju.

“Iya, tapi gua gak bermaksud ngatain lu anjing ya,” candaku. “Apa kaya Sherlock Holmes?”

“Yah terserah lu mau nganggap gua gimana lah, Vin.”

“Oh ya, ngomong-ngomong menurut lu kasus ini gimana?”

“Gua belum ada hipotesis sejauh ini. Gua harus tau dulu detail dari cerita ini. Cerita Prajna tadi sangat singkat seperti cerita horor pada umumnya. Dia gak menunjukan detail yang dibutuhkan untuk mengungkap sebuah kasus.”

 “I see. Oh ya, gimana lu kok bisa kenal Prajna?”

“Ohh, waktu itu gua pernah menangani kasus yang kebetulan dia kerjain sebagai penyidik. Kita kenal dari sana, lalu kita berhasil mecahin kasus itu bersama. Kemudian, dia mencoba hubungin gua kalau nemuin kebuntuan di kasus-kasus dia selanjutnya. Gua juga kebantu banget sama dia, banyak info-info yang bisa gua dapetin dari dia untuk ngerjain kasus gua. Dia polisi dan penyidik yang rajin, Vin. Gua yakin karir dia bakal berkembang pesat.”

“Begitu. Apa rencana lu buat kasus ini?”

“Belum ada, istirahat ajalah, Vin. Besok lu sibuk?” tanya Nick.

“Fleksibel sih,” balasku. “Belum ada brief lagi dari klien gua.”

“Kalau gitu ikutlah sama gua ke rumah pak Burhan ini. Mau gak?”

“Hmm, boleh sih. Kayanya menarik.”

“Bagus, sekarang istirahatlah dulu.”

Perbincangan hari itu telah berakhir. Aku pergi mandi kemudian bersiap untuk tidur, sementara Nick kini sedang membuka laptopnya. Kurasa, ia sedang melakukan riset terhadap pak Burhan dan arwah pembantunya, si Lukman ini. Setelah beres dan hendak tidur, aku terus teringat cerita Prajna tadi seolah terbawa dalam kengeriannya hingga akhirnya aku terlelap dengan sendirinya.

Keesokan harinya, kami telah membuat janji untuk bertemu dengan Pak Burhan pukul satu siang di kediamannya. Setelah mendapat lokasinya, kami berangkat pada pukul dua belas siang menggunakan motor Nick karena kami berencana membeli makan siang diluar. Nick mentraktirku makan bakso di sekitar lokasi apartemen kami dalam perjalanan. Ya, bisa dibilang inilah pertama kalinya kami makan bersama sejak menjadi teman satu unit.

Perjalanan ke kediaman Pak Burhan kami lanjutkan setelah menyelesaikan makan siang kami. Kami menelusuri kawasan komplek perumahan yang tentunya adalah milik orang kaya. Kurasa harga rumah-rumah ini semua tidak ada yang kurang dari sepuluh milyar rupiah terutama di daerah yang eksklusif seperti ini.

Setelah menelusuri komplek tersebut selama kurang lebih sepuluh menit, akhirnya kami tiba dirumah pak Burhan Nasution. Rumah ini sangat megah dengan interior luar yang unik dan rapi. Rumahnya dipagari sebuah pagar hitam yang besar, tembok luarnya dilapisi cat putih yang sangat berkualitas. Rumah ini juga dilengkapi dengan kolam renang dan taman yang ada di bagian belakang rumahnya. Semua rincian itu baru kuamati setelah kami diizinkan masuk oleh satpam rumah Pak Burhan dan memarkir motor kami disekitar pos satpam tersebut.

Kami masuk ke rumahnya dan langsung diarahkan ke ruang tengah yang cukup luas. Hampir disetiap dindingnya terdapat lukisan dan langit-langitnya dihiasi lampu kristal yang mewah. Di sofa, sudah ada Prajna menunggu bersama dengan seorang pria tua diseberangnya. Pria yang jangkung dan gemuk itu berkaca mata, berwajah galak dan kini sedang duduk lemas. Dengan agak susah, ia berdiri dari tempatnya dan menjabat tangan Nick.

Lihat selengkapnya