Night Breeze

Ravenska Johana
Chapter #3

When I Met My World: You

Awal bulan November, 2014.

Alexander Yansel adalah salah satu nama yang ikut dipanggil bersama dengan nama Sarasvati Larisa, serta sebelas nama-nama mahasiswa lainnya yang pada hari ini secara resmi menjadi mahasiswa penerima beasiswa di Korean National University of Arts. Ketigabelas nama yang telah dipanggil satu per satu disalami oleh Duta Besar RI untuk Korea Selatan yang berperawakan gempal.

Pemanggilan nama-nama mahasiswa penerima beasiswa AMA dimulai dengan dua mahasiswa pria dari Vocal Music Department, berikutnya hampir setengah dari jumlah mahasiswa penerima beasiswa yang memilih Dance Performance Department, dua pria dan satu wanita bergaya boyish yang memilih Film Making Department, lalu terakhir adalah dua mahasiswa dari Fine Art Department, yaitu Sarasvati Larisa dan Alexander Yansel yang berdiri di paling kanan deretan.

Setelah Dubes bertubuh gempal itu menyalaminya, Risa tidak sengaja mendengar perbincangan antara beliau dengan mahasiswa di sampingnya. Nampaknya, Alexander Yansel ini adalah mahasiswa terkenal di kalangan pejabat KBRI yang sudah menunggu-nunggu kedatangannya.

Sedikit rasa iri terbesit dalam benak Risa, jika saja sekarang ia berada di posisi Alexander Yansel, mungkin Risa tidak akan merasa serindu ini pada keluarganya di Jakarta. Baru tiga hari di Seoul, tapi Risa sudah kangen orang tuanya, kangen Virgie yang centil dan cerewet, dan kangen teman-temannya di SMA, juga kangen panasnya Jakarta. Seoul ternyata jauh lebih dingin dari dugaannya, apalagi sekarang sudah hampir memasuki penghujung tahun.

Saat mahasiswa dari Indonesia lain sibuk mengagumi jatuhnya salju dengan begitu norak, Risa dalam hati mengutuki betapa dinginnya serpihan kecil salju yang jatuh menyentuh pipinya. Kalau sekecil ini saja mampu membuat Risa menggigil bukan main, lantas bagaimana kalau besar?

Kembali ke malam peresmian mahasiswa penerima beasiswa AMA, acara formal dilanjutkan dengan acara jamuan makan malam, yang sejak tadi sudah Risa nantikan. Perutnya sejak tadi sudah berontak meminta nasi. Maka, ketika mereka dipersilahkan untuk mempermuliakan sederet santapan menggiurkan yang terhidang di atas meja, tanpa menunggu lama Risa langsung segera memenuhi piring kosongnya dengan segunung nasi putih hangat dan lauk-lauk lainnya.

Satu hal yang Risa syukuri, paling tidak malam ini ia dapat merasakan masakan Indonesia, setelah tiga hari terpaksa membiasakan lidah dengan makanan Korea yang hampir semuanya pedas.

Lihat selengkapnya