suasana kamar itu begitu sunyi. bersih tanpa debu, masih sangat terlihat sama. tapi rasanya begitu dingin. bulan duduk diatas ranjang biru itu. menatap langit-langit kamar milik seorang samudra. jia melihat sekeliling, nampak jaket hitam tergantung rapi di balik pintu. Bulan berjalan mengambilnya dengan tatapan sendu. memeluk erat jaket itu. menangis tersendu-sendu. wanginya masih sangat melekat, wangi bunga lafender kesukaan samudra.
saat bulan masih dalam sendu tangisnya. nenek rahma menyodorkan satu buah kotak berwarna hitam kepada bulan. bulan menatapnya terkejut. ia berdiri dari duduknya. menatap nenek dengan heran.
"ambillah, sam meniipkan ini untukmu." setelah memberikan itu nenek pergi keluar dari kamar samudra.
bulan menatap kotak itu dengan perasaan campur aduk. ia kembali berjalan menuju ranjang biru disana. duduk termenung memangku kotak itu. kotak yang sudah lumayan berdebu. kotak hitam berpita biru dan dengan tulisan tangan yang rapi di atasnya. untuk rembulan yang selalu menerangi gelapnya samudra. membaca itu saja sudah tak bisa membuat bulan untuk membendung air matanya.
ia dengan perlahan membua kotak hitam itu. belum sempat ia membuka dan melihat dalamnya, tiba-tiba saja sesuatu terjatuh dari sudut kamar itu. bulan terperanjat kaget. tidak ada angin yang berhembus kencang, tapi benda itu jatuh sendiri. bulan dengan perasan penasaran menghampiri benda jatuh itu. dua buku terjatuh dari meja belajar yang berada di sudut kamar itu. buku sejarah dan matematika? siapa yang menjatuhkannya? samudra? setau bulan samudra bukanlah anak yang suka membaca atau belajar. tapi ia lebih suka menggambar.