Night Flights

Noura Publishing
Chapter #3

Stilton ternyata benar-benar berbeda

Stilton ternyata benar-benar berbeda. Dia menganggap dirinya berjiwa bebas dan pemimpi yang bercita-cita besar. Seluruh penghuni Arkangel menganggapnya tolol.

Ibunya berasal dari Venezia, resor terapung yang mustahil itu, lebih seperti sebuah mimpi alih-alih sebuah kota. Wanita itu sayangnya tidak cocok dengan kehidupan di Godam Puncak Es dan telah meninggal dunia semasa Stilton kecil. Namun, segelintir pembawaan ala selatannya tampaknya meresap ke dalam darah sang putra. Buku-buku yang dia bawa serta ke Arkangel menularkan kegemaran terhadap puisi kepada Stilton. Pemuda itu takjub akan lukisan-lukisan yang masih digantung di bekas kamar tidur ibunya, seperti jendela ke dunia yang lebih elok dan kaya, tempat perempuan-perempuan cantik senantiasa melayangkan pandang dari kubu pertahanan, atau sambil mengantuk menerima cinta pahlawan yang telah bertarung melawan monster dan memenangi pertempuran demi berlutut penuh kekaguman di hadapan mereka.

Impian romantis semacam itu tidak memiliki tempat di Arkangel, tetapi Stilton tetap saja memimpikannya. Tentu saja, bagian Kael nan realistis dalam dirinya mengetahui bahwa tidak ada monster yang perlu dilawan dan bahwa pertempuran itu berbahaya serta mahal dan sebaiknya dihindari, tetapi barangkali dia dapat meraih ketenaran dan cinta kasih melalui cara lain, misalkan dengan puisinya—atau dengan membuat kapal udara yang dapat memenangi Boreal Regatta. Dia sedari dulu piawai mengutak-atik mesin ....

Stilton menyurati Departemen Personalia Kael Industries dan, dalam sekejap, Anna bukan lagi K-420, melainkan Anna Fang, mekanik pribadinya. Dia memerintahkan agar ranjang dan dua setel pakaian bagus dibawakan ke gudang di sebelah hanggar, tempat Anna boleh tidur. Dia dipersilakan ke kamar mandi dekat sana, di mana dia bisa membersihkan rambutnya dari minyak dan kotoran serta kulitnya dari daki bekas ladang pemulungan. Berkaca di cermin logam di sana sama seperti melihat dirinya untuk kali pertama. Dia bukan lagi gadis cilik yang telah terte­lan ke dalam palka sahaya Arkangel.

Stilton Kael memerintahkan agar kerah sahaya nan berat dilepas dari leher Anna dan diganti dengan kerah yang ringan sekali sampai-sampai hampir menyerupai perhiasan belaka. Arkangel tidak akan pernah mengizinkan pembebasan sahaya, tetapi sejumlah sahaya dipercaya untuk berbaur dengan warga merdeka di bagian-bagian atas kota, sedangkan kerah baru Anna menunjukkan bahwa dia telah menjadi bagian dari mereka. Selagi ditugasi ke toko pengecer udara, atau sesekali pada waktu istirahatnya, Anna mencicipi sensasi mengeluyur sendirian layaknya orang merdeka di sepanjang jalan dan titian ramai di Inti Arkangel.

“Tidakkah Anda takut kalau-kalau saya melarikan diri?” tanya Anna kepada Stilton selagi mereka menggarap kapal.

“Tentu saja tidak. Memangnya kau akan lari ke mana?”

Stilton ada benarnya. Saat itu sedang musim dingin. Arkangel tengah mengarungi tepian Padang Beku, melahap puing kota-kota yang mati karena kedinginan. Arkangel yang tertutup rapat berdentang seperti genta mahabesar saat badai es menampar-nampar tameng pelindungnya.

“Lagi pula, kau tidak akan kabur,” kata Stilton. “Aku ingat ekspresimu kali pertama aku membawamu ke sini dan kau melihat Panah Emas. Orang bilang, yang namanya cinta pada pandangan pertama itu tidak ada, padahal ada. Kau ingin me­lihat kapal udara ini rampung, sama sepertiku.”

Begitu kerangka Panah Emas jadi, Anna memantau geng-geng sahaya yang direkrut dari ladang pemulungan selagi mereka menempelkan sel-sel gas ke bagian dalam kerangka. Berikutnya dipasanglah bungkus—berekar-ekar sutra-silikon merah ditarik menutupi rusuk kapal, lalu dikencangkan dengan lapis demi lapis cat kedap air.

Lihat selengkapnya