Night Shift: The Silent Hour

R. Rusandhy
Chapter #1

PROLOG: CODE ZERO

Jumat, 02:45 WIB. Sebuah Ruko Terbengkalai, Glodok, Jakarta Barat.

Udara di ruangan itu tidak bergerak. Berat, statis, dan berbau seperti campuran tembaga panas, rokok kretek murah, serta keputusasaan yang sudah mengendap berbulan-bulan.

Di lantai tiga ruko elektronik yang separuh hancur itu, satu-satunya sumber cahaya berasal dari tiga monitor tabung CRT yang berdengung rendah. Cahaya biru pucat itu menyinari wajah Bagas Satria, atau yang dunia maya kenal sebagai 0_Witness.

Kondisinya jauh dari kata manusia. Tulang pipinya menonjol tajam di bawah kulit yang sewarna kertas koran lama. Matanya—lubang hitam yang dikelilingi lingkaran ungu permanen—tidak berkedip menatap baris-baris kode C++ yang mengalir deras di layar tengah.

Jari-jarinya yang kurus, dengan kuku yang menghitam kena sisa toner printer dan minyak goreng, menari di atas keyboard mekanikal butut yang hurufnya sudah hilang semua.

Tak. Tak. Tak. Enter.

"Sedikit lagi," bisiknya. Suaranya serak, seperti gesekan kertas pasir. Tenggorokannya lupa rasanya air putih.

Di layar kanan, sebuah progress bar berwarna hijau merangkak naik dengan lambat: ENCRYPTING ASSETS... 98%.

Bagas bukan sedang membuat game. Persetan dengan industri gaming. Persetan dengan Steam, Twitch, atau YouTuber sok asik yang cuma peduli adsense. Apa yang dia bangun ini adalah sebuah peti mati digital. Sebuah pengadilan.

Dia melirik ke samping monitor. Di sana, tertempel dengan selotip bening yang sudah menguning, sebuah foto polaroid. Seorang gadis dengan jersey esports berwarna merah menyala, memegang piala sambil tertawa lebar hingga matanya menyipit.

Rika.

Adiknya.

Satu-satunya alasan Bagas masih bernapas hari ini.

Dua tahun lalu, polisi menutup kasus kematian Rika dengan satu kata bajingan: "Overdosis". Mereka bilang Rika pesta narkoba di villa. Mereka bilang itu kecelakaan. Tapi Bagas tahu kebenarannya. Dia melihat CCTV itu sebelum server villa tersebut "dibersihkan" oleh orang-orang suruhan Derian Hartono.

Bagas melihat bagaimana adiknya diseret. Dia melihat wajah Derian yang tertawa.

Hukum tidak bisa menyentuh Derian. Uang bapaknya terlalu banyak. Koneksinya terlalu kuat. Jadi, Bagas membangun hukumnya sendiri.

// INJECTING: TRUTH_FOOTAGE_RAW.mp4 // TARGET PATH: /Assets/Hidden/RNG_Seed_Key // STATUS: COMPLETED.

Lihat selengkapnya