Night Shift: The Silent Hour

R. Rusandhy
Chapter #4

BAB 3: THE CALL

Sabtu, 11:40 WIB. The Cave (Kamar Nicky).

Nicky mematikan tombol power PC-nya secara paksa. Layar menjadi hitam seketika, memutus aliran komentar duka cita dan spekulasi liar yang membanjiri chat room.

Hening.

Hanya suara desing pelan dari AC yang terdengar. Tapi di telinga Nicky, suara darah yang memompa di kepalanya terdengar seperti dentuman bass di klub malam. Kencang. Menyakitkan.

Tangannya yang basah oleh keringat dingin meraba-raba meja, mencari HP. Jari-jarinya gemetar begitu hebat sampai dia salah memasukkan passcode dua kali.

"Ayo... ayo anjing..." umpatnya dengan suara bergetar.

Terbuka. Dia langsung membuka WhatsApp. Grup "ELITE GRINDSET" sudah chaos. Tapi Nicky tidak peduli. Dia mencari satu nama.

Paranoia99 (Johan).

Dia menekan tombol Call.

Tuuut... Tuuut...

Detik-detik menunggu itu rasanya seperti disiksa di neraka.

Klik.

"Nick?" Suara Johan di ujung sana terdengar seperti orang yang habis lari maraton. Napasnya pendek-pendek. Ada suara kertas dibalik-balik dengan kasar di latar belakang.

"Jo," suara Nicky tercekat. "Lo... lo udah liat Kris?"

"Gue udah liat," potong Johan cepat. Nadanya panik, tapi analitis. Khas Johan. "Gue lagi ngitung, Nick. Gue lagi ngitung variabelnya. Ini nggak masuk akal, tapi datanya... datanya match semua, bangsat!"

"Jo, dengerin gue," Nicky mencoba menelan ludah, tapi tenggorokannya kering kerontang. "Gue barusan tamat. Playtime gue delapan jam lima puluh delapan menit. Gue buletin sembilan jam."

Hening sejenak di ujung telepon. Lalu suara Johan terdengar lebih rendah, lebih ngeri.

"Lo tamat jam berapa persisnya?"

"Sebelas tiga puluh tadi. Barusan banget."

Terdengar bunyi tuts kalkulator ditekan cepat. "Oke... sebelas tiga puluh tambah sembilan jam... Dua puluh tiga puluh. Setengah sembilan malem, Nick. Lo punya waktu sampe nanti malem."

Kaki Nicky lemas. Dia merosot dari kursi gaming mahalnya, duduk di lantai parket yang dingin. Konfirmasi dari Johan membuat semuanya terasa nyata. "Oke... oke... setengah sembilan. Masih bisa. Kita bisa cari cara, kan? Kita cari dev-nya atau apalah..."

"Nick," potong Johan lagi. Suaranya bergetar hebat. "Masalahnya bukan elo doang."

"Maksud lo?"

"Gue tamat jam sepuluh pagi tadi, Nick. Gue main blind run tapi gue rush puzzle-nya."

Nicky membelalak. "Playtime lo berapa?"

"Tujuh jam dua belas menit."

Lihat selengkapnya