Pagi cerah, matahari mulai nampak di kota jakarta. Namun berbeda dengan Neona, gadis itu masih terlelap tidur, menikmati mimpinya.
"Non, bangun, nona gak sekolah?"suara Mbok Inem lembut, ia tahujelas cara meluluhkan keras kepala anak majikannya, dengan sabar ia membangunkan Neona sekali lagi.
"Nona Neo gak sekolah? Udah siang loh non, bangun non, mbok udah siapin omelete kesukaan nona," ucap Mbok Inem dengan lembut.
Mendengar kata "omelette" di ucapkan, Neona lantas bangun dengan sigap.
"Mana Mbok? Neo pengen makan omelettenya mbok yang enaknya sedunia," sahut neona bersemangat dengan gaya manjanya.
"Mandi dulu lah non, baru makan," ucap mbok Inem lembut sembari membelai rambutnya.
"Yah, penonton kecewa, oke kalo gitu Neo mandi dulu tapi habis itu makan omelette yah." Neona cemberut namun ia tetap melakukan apa yang di minta Mbok Inem.
Mbok Inem hanya mengangguk tersenyum lalu keluar dari kamar.
Mbok Inem adalah pengasuh Neona setelah mamahnya meninggal saat usianya menginjak tujuh tahun, ia diam diam mengagumi sosok Mbok Inem, yang telah bisa mengurangi kerinduan Neona terhadap mamahnya dan Mbok Inemlah yang dapat menghadapi segala sikap buruknya.
***
Setelah bersiap dengan seragam sekolah, Neona pergi ke dapur ingin segera menikmati omelette kesukaanya, sesampainya di dapur ia bukannya mendapati mbok inem namun seorang pria dewasa memakai jaz hitam, sedang menikmati makanan dengan tenang, pria itu tidak sadar dengang kedatanga Neona.
"Woy!!! Lo siapa? Ngapain lo kesini main nyelonong masuk aja," tegurnya sambil berkacak pinggang.
Pria itu tetap tak bergeming, masih melanjutkan makan dengan tenang.
"Situ punya telinga gak sih?, orang nanya itu di jawab, berasa bloon aja," sindir Neona emosi karena tak di respon pria di depannya.
"Makan!" Perintah pria itu, mengabaikan pertanyaan Neona dan mulai bersikap otoriter.
"Hah! Lo emangnya siapa? Main nyuruh orang, kenal aja gak," sewot Neona sambil melipat tangan, emosi.
"Saya bilang makan!" suruh pria itu sekali lagi tanpa mengalihkan pandangan dari makananya.
"Maaf ya om, anda sepertinya salah orang," ucap neona penuh penekanan.
"Saya tidak salah orang," jawabnya singkat dan penuh penekanan.
Neona mulai emosi dengan sikap otoriter pria di depannya.
"Lo!" Jeda Neona dengan telunjuk yang mengarah di dahi pria itu, sebelum kalimatnya berlanjut pria itu memotongnya.
"Anda Neona kan? Saya tidak salah orang, cepat makan, anda sudah tetlambat, mungkin mulai saat ini anda harus belajar yang namanya disiplin," potongnya, bangkit berdiri, sambil melipat telunjuk Neona.
Tatapan mereka saling bertemu, kedua mata saling beradu, mata elang pria itu seperti memberi sugesti Neona, ia duduk, bersiap untuk makan, seperti perintah pria itu, namun tetap saja ia geram dengan perilaku pria di depannya. tidak ada yang berani melipat telunjuknya kecuali pria menyebalkan itu.
"B*ngs*t!" umpat Neona kesal di tengah makannya.
"Saya bilang makan bukan mengumpat," ucap pria itu menatapnya sekilas dengan wajah datar namun tetapterlihat ketampanannya, hal itu diakui Neona dalam hati.
"Mulai hari ini saya yang mengantarkan dan menjemput anda dari sekolah, kecuali jika saya sibuk," ucap pria itu datar.
"Gak usah, gue bisa nyetir sendiri, gue gak butuh sopir kayak lo!" Balas Neona sebal.
"Ini perintah papa anda, tidak bisa di ganggu gugat," ujar pria itu tak kalah dari Neona, menekankan segala kata yang diucapkan.
"Lo ..." sahut Neona namun di potong kembali pria itu.
"Lo udah telat, waktunya berangkat," timpalnya seperti melanjutkan kalimat neona yang terpotong sambil meniru gaya pembicaraanya.
"What the f*ck" umpatnya kesal.
***
Sarapan romantis berakhir, kini mereka di dalam satu mobil, tidak ada pembicaraan sedari tadi. Keadaan itu mengganggu Neona yang tak biasa bersama orang lain tanpa bicara, ia merupakan tipe sanguin dalam bahasa psikologi.
"Bentar, gue masih belum paham, sama sikap lo, jelasin kenapa lo ngelakuin itu semua ke gue," tanya Neona blak blakan
"Mulai sekarang lo, gue handle,"balas pria itu, mengubah gaya bicaranya menjadi "lo gue".
"Maksudnya?" Tanya Neona sekali lagi belum memahami maksud pria itu.
"Papa lo nyuruh gue jadi tutor lo, gak cuma sekedar tutor ..." belum selesai perkataan pria itu, Neona .memotong sambil menjerit dramatis