"Lo! Kok lo tau kalo gue pulang pagi," ucap Neona saat sampai di mobil, yang sebelumnya di paksa pria di sampingnya untuk ikut pulang dengannya.
"Gue tadi mau ke toko kue, sejalan sama sekolah lo, terus gue lihat banyak siswa yang keluar pake tas, karena gue pinter, gue langsung mikir kalo lo udah pulang," jelasnya.
"Oh gitu," singkat Neona. Setelah itu keadaan canggung diantara mereka, hingga Neona menyadari sesuatu, mobil mereka berlawanan arah jalan rumahnya.
"Woy! arah rumah gue kanan bukan kiri, lo mau kemana?" tanya Neona dengan kening berkerut.
"kan tadi gue bilang, tujuan awal gue ke toko kue," jelasnya tak mengalihkan pandangan, masih fokus menyetir.
"Ngapain lo ke toko kue?" Tanya Neona penasaran.
"Namanya ke toko, ya ... mau belilah," jawabnya sambil tetap berfokus menyetir.
"Ya taulah bego! Kalo mau beli, maksudnya ngapain lo beli kue?" tanya Neona, berasa bloon.
"adek gue ulang tahun," jawabnya, Neona hanya ber-oh ria menanggapi.
"Eh btw, lo Punya adek?" Tanya Neona penasaran.
"Hem, ya kenapa?" pria itu bertanya balik.
"Gak enak kan pasti jadi lo." sahut Neona mengibakan nasib pria itu.
"Lah, kok bisa?" Tanya pria itu tak mengerti.
"Ya kan pasti banyak maunya, manja juga, gak enak ah! Ogah gue punya adek," opininya.
"Gak ada adek juga gak enak, gak ada temen, gak ada yang bisa di jagain,"kata pria itu tak setuju dengan pendapatnya.
"Masa bodoh, ngapain juga ngomongin adek," ucap Neona mengakhiri pembicaraan.
Pria itu menatap sekilas gadis di sampingnya ia mulai gemas dengan sikap Neona, lalu matanya kembali fokus kedepan jalan.
***
Sesampainya mereka di sebuah mall besar, mereka langsung menghampiri bagian makanan dan berjalan ke toko kue yang terkenal di jakarta, namun toko itu masih tutup dan satu jam lagi baru buka, Neona berdecak kesal mengetahui hal itu.
"Ck, Kalo gini taunya, mending gue pulang bareng Rara tadi." Neona berdecak kesal.
"Udah nunggu satu jam lagi kalo kita pulang nanti malah ribet jadinya, lagi pula habis ini gue ada metting, mending kita tunggu aja," balas pria itu enteng.
"Lo gila kita nunggu disini selama satu jam woy! mending gue pulang pake taksi." emosi Neona, ia paling membenci yang namanya menunggu, apalagi menunggu kepastian, sangat menyebalkan!
Neona melangkahkan kakinya, berniat keluar dari mal, namun pria itu menarik lengannya, menahan Neona pergi.
"Temenin gue, " pintanya tulus.
"Ih! Gue jenuh ya kalo suruh nunggu gini, satu jam lagi," kesalnya
"Lebay lo! ya udah deh kita makan dulu terus kalo mau jalan jalan juga gak papa," sahut pria itu dengan tangannya yang menggandeng tangan Neona, dan tak sadar Neona menerima genggaman pria itu. Dia segera menarik Neona untuk mengikutinya.
***
Mereka sampai di sebuah caffe terkenal, dan dengan tangan masih saling tertaut mereka menyambar 2 meja belakang yang masih kosong.
"Hem, lo ini siapa?" tanya Neona seketika, ia mulai menyadari jika ia belum mengenal nama pria yang mengaku menjadi tutornya.
"Manusia," balasnya singkat, membuat Neona mulai kesal.
"Ya, ngerti, kalo lo manusia, maksud gue, nama lo siapa gitu?" Jelas Neona sebal.
"Lo sih tanyanya ambigu."
"Lo yang jawabnya ambigu, kalo orang bener pasti paham maksudnya," kesal Neona.
"Gue Andrian Nero Ardiaz, panggil aja andrian, atau lebih sopannya Kak Andrian" ucapnya memperkenalkan diri.
"Om aja, ogah gue manggil lo "kak", emang gue adek lo" sahut Neona sambil manggut manggut dan mengingat namanya.
"Amit amit punya adek kayak lo!, terus gausah panggil om, emang gue om lo!" balasnya lebih pedas.
"Ck, punya adek kayak gue juga beruntung kali, udah cantik, pinter lagi, terus ya ... tampang lo udah keliatan tua, udah pantes di panggil om-om," sombongnya sambil membela diri.
Tiba tiba datang pelayan caffe mengakhiri perdebatan mereka serta memberikan catatan menu dengan harga fantastis namun mereka tak terkejut, hal itu sudah biasa menurut mereka.
"Lo, mau apa?" Tanya Andrian menawari Neona.
"Gue, nasi goreng, sama matcha dalgona coffe buat minumannya."
"Oke, nasi goreng dua buat makanannya, terus minumannya matcha dalgona coffe sama caramel mochiato, " ucapnya kepada pelayan coffe tersebut.
Pelayan tersebut pergi dan kembali membawa pesanan, Andrian mengucapkan terima kasih sebelum pelayan tersebut kembali. Ia diam diam mengamati Neona yang makan duluan dengan rakus, dan tanpa sadar ia menarik bibirnya untuk tersenyum, senyum yang sangat tipis namun memikat siapapun yang melihatnya, ia segera menurunkan tarikan bibirnya, saat tersadar apa yang telah dilakukan.
"Lo rakus," ejeknya, yang dibalas raut kesal dari Neona.
"Guwe ghak rakuos kalih, cuma lapher,"balasnya dengan mulut penuh makanan dan jujur jika ia belum makan dari istirahat pertama tadi, jadi wajar saja dia lapar sekarang.
"Ngomong dulu baru makan," nasehatnya.
"Sukah sukah gue lah, uhuk uhuk ..." balas neona tersedak sambil mengambil tisu.
"Kuwalat lo! kena impas," cerca Andrian.
"Lo sih ... nyulut emosi gue."
Andrian tak menjawab, lebih fokus dengan makanannya, setelah itu mereka canggung, hanya suara detingan sendok yang mendominasi, tanpa Neona sadari seseorang di belakang mengamatinya, dengan sorot mata seperti mengunci Neona dalam fokus matanya, ia mulai mengambil gambar pemandangan di depannya.
***
Mereka mengakhiri jam makan siang, dan segera pergi ke tempat tujuan, toko kue itu kini telah buka dengan jumlah pelanggan cukup banyak, Neona hanya menunggu di bangku toko sambil bermain ponsel, sedangkan Andrian sibuk memesan kue.
"Mbak kue coklat satu yang ini, sama satu box cupcake coklat yang ini," ucap Andrian sembari menunjuk etalase kue.
"Oke, jumlah semuanya satu juta lima ratus mas," jawab pelayan toko dengan menyerahkan kantong plastik kepada andrian.