Nineteen point Ten

Ropha Locera
Chapter #4

Kejujuran Hati

Bermula sejak Ratna diajak pergi bersama Raka dan Andre ke Pasar Malam yang diadakan besar-besaran di daerah kompleks rumah Andre. Tari juga diajak sama mereka, karena saat itu dia sedang berada di rumah Ratna. Jadi tidak mungkin tidak diajak.

"Wahana apa yang dikunjungi dahulu?" Tanya Andre kepada mereka bertiga.

"Saya mau naik itu, " jawab Tari sambil menunjuk ke wahana komidi putar.

"Ayo!" Ajaknya yang langsung beranjak pergi, dan mereka bertiga mengikutinya dari belakang.

Ratna berhenti mengikuti mereka dari belakang, sebab pandangannya teralihkan oleh boneka yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Bentuknya yang besar, berwarna coklat muda, dan tersenyum lucu ke arahnya. Rasa ingin memiliki bertambah saat dia mendekati untuk menyentuhnya. Sayangnya, perbuatannya langsung dihentikan oleh pemilik wahana, yang tidak berharap bonekanya kotor oleh tangan Ratna.

"Apa kamu ingin mencoba?" Tanya Raka yang menyadari keberadaan Ratna. Belum juga menjawabnya, Ratna sudah beranjak masuk. Dia mengambil tempat yang kosong dan mulai dengan posisi menembak.

Raka terkesima saat tembakan pertamanya meleset dari titik target tembak, dan berubah mengejeknya dengan tawa saat tembakan kedua yang meleset juga. Hingga pada kesempatan terakhir, dia tetap gagal.

"Jangan tertawa saja, tunjukkan kemampuanmu! Pasti sama gagalnya seperti saya, "gerutu Ratna sambil memukul bahu Raka.

"Aw!" Rintihnya dan diakhiri dengan tertawa. "Sini! Berikan itu, dan lihat kemampuan saya."

Setelah dia membayar, Ratna berganti posisi dengannya. Cukup satu tembakan saja, boneka itu bisa menjadi miliknya. Sayangnya, pada tembakan pertama gagal menembus titik target tersebut, dan begitupula di tembakan yang kedua. Sisa tembakan terakhir, Raka merubah posisinya, dan Ratna memandang cemas ke arahnya.

Andre menoleh ke arah belakangnya dan tidak mendapati kedua temannya di dalam antrian. Tari menepuk bahu kanan Andre, " Tidak perlu kamu khawatir, lagipula mereka tidak mungkin hilang di tempat seperti ini, kan?" Petugas memberitahu giliran mereka berdua masuk ke dalam komidi putar itu.

Padahal di benak Andre, dia berharap bisa menikmati komidi putar bersama Ratna bukan dengan temannya. Dia terus bermuram durja dari komidi berhenti berputar, hingga mereka turun dari wahana. Tari tidak menyukai perilakunya, ketika dia mengajak bicara dengannya. Dia berasa sedang berbicara dengan tembok, sangat menjengkelkan.

Diam-diam Tari menghilang ke dalam keramaian, itulah cara dia membalas perlakuan Andre tadi. Ternyata itu ampuh mengubah rasa kesal Andre menjadi gelisah dan khawatir. Dalam pencariannya, dia bertemu dengan Ratna dan Raka. Terlihat mereka sedang kesulitan memegang boneka besar, yang telah berhasil dimenangkan Raka pada tembakan terakhirnya.

"Ratna! Raka!" Teriaknya memanggil, "apa kalian bertemu dengan Tari?" Andre tidak dapat melihat wajah mereka karena besar tubuh boneka itu.

"Siapa?!" Seru Raka dari balik badan boneka itu. "Saya tidak mendengarmu."

"Sepertinya kita harus berputar, " ajak Ratna pada Raka. Ternyata Andre memiliki pikiran yang sama dengan Ratna, dan mereka saling berputar. Tapi tidak saling bertemu.

"Biar saya yang berputar, kalian saja yang diam!" kata Andre sedikit meninggikan suaranya.

"Dari tadi kalian ke mana? Kenapa tidak bersama kami hingga akhir?" Marah Andre kepada mereka berdua.

"Maaf, pandangan saya teralihkan— oleh boneka ini."

"Perlu kamu tahu, saya yang memenanginya, " tambah Raka memuji dirinya.

"Terima kasih, Raka. "

Andre melihat Ratna tersenyum bahagia pada Raka, tapi ada yang berbeda dari tatapannya. Tatapan yang bukan sekedar menunjukkan rasa syukur, dan itu cukup mengusik hati kecil Andre.

"Raka?"

"Apa, Ndre? Tadi apa yang kamu pertanyakan?"

"Tidak ada. Mending kamu dan Ratna kembali ke mobil, sekarang."

"Apa mau pulang? Kita baru saja mulai bersenang-senang, " keluh Ratna.

"Bukan ... Tapi menaruh boneka ini di mobil, lalu kembali ke sini untuk mencari Tari. Dia menghilang!"

"Apa?!" Histeris Ratna, "Kenapa daritadi kamu tidak memberitahu?"

"Sudah saya coba, tapi kalian tidak mendengar."

"Ayo!" Ajak Ratna pada Raka

"Lebih baik kamu dan saya yang membawa boneka ini. Biar Ratna tunggu di sini, " ajak Raka pada Andre.

"Biar kami saja, kamu tunggulah di sini." Andre mengambil posisi Ratna dalam memegang boneka tersebut. Dan mereka berdua berjalan ke mobil, menaruh boneka tersebut.

"Kamu menyukai Ratna, ya Ka?"

"Huh?!" Raka menutup pintu mobil. "Apa maksudmu?"

"Terlihat dari mata kalian." Andre melirik ke arah lain, tidak berani menatap mata Raka.

Raka menertawai perkataan aneh Andre. "Iya, saya menyukainya." Lalu wajahnya berubah serius, "apa kamu menyukainya juga?"

Tidak lama terdengar suara Tari memanggil mereka, mereka memalingkan muka bersamaan kepadanya. Sedangkan Ratna mengayunkan permen kapas ke arah mereka dan mengajak Tari untuk berjalan mendekati mereka.

Andre berlari menghampiri Tari, "kamu tidak tahu betapa saya khawatir?"

"Saya— sedang " Dia berusaha memberitahu dengan menunjuk ke arah permen kapas yang dipegang oleh Ratna. Tapi Tari terusik dengan celotehnya, "Makanya! Jangan sibuk dengan duniamu. Saya mau pulang, malas bermain dengan dirinya." Tari mengambil permen kapas dari tangan Ratna, lalu melempar ke wajah Andre.

"Maafkan teman saya, " ucap Ratna, yang kemudian mengejar Tari.

Raka menepuk pundak Andre. "Sepertinya ada yang lebih khawatir dari temannya sendiri, ayo ikut saya! Saya bantu kamu untuk mencairkan suasana."

"Dengan cara apa?"

Mata Andre terbelalak akan salah satu wahana yang mereka kunjungi. Wahana menangkap ikan, yang menghadiahkan beragam permainan bila berhasil menangkap ikan besar.

"Bagaimana?" Tanya Raka pada Andre yang serius memandangi kolam kecil di depannya. Tangan kanan memegang jaring yang terbuat dari kertas, sedangkan tangan kiri sedang memegang mangkuk.

"Jangan mengganggu saya, " ujar Andre yang serius memperhatikan pergerakan ikan yang akan ditangkap.

Di saat Andre dan Raka sedang menangkap ikan, Tari dan Ratna sedang melempar cincin ke leher botol.

"Andre memang orangnya keterlaluan, " ucap Ratna memulai. Tari tidak meresponi perkataan Ratna, dia hanya fokus pada permainan di depannya. "Tapi biar begitu, dia perhatian sama kamu. Coba dihat, seberapa khawatirnya ketika kamu hilang tadi."

"Iya, iya ... Saya tahu maksud perkataanmu. Saya hanya benci perlakuannya, yang tidak menghargai keberadaan saya."

"Coba kamu jelaskan."

"Saat diajak berbicara, dia diam. Bahkan tidak memperdulikan apa yang terjadi di sekelilingnya, " Tari melempar cincin yang dipegangnya semua ke depan. Ada yang masuk dan ada yang tidak ke dalam leher botol, lalu dia pergi.

"Non! Hadiahnya, " teriak pemilik wahana pada Ratna dan Tari yang sudah berada jauh pergi. Tidak lama, mereka bertemu dengan Raka dan Andre.

"Ini," ucap Andre sambil memberikan hadiah yang dia menangkan tadi. "Semoga kamu menyukainya."

Tari menerima pemberian Andre, ikan mas koki. "Terima kasih."

"Saya minta maaf ... Saya tidak bermaksud mendukakan hatimu.""

Raka yang tidak ingin menganggu mereka, mengajak pergi Ratna dari sana.

"Lalu?"

"Begitu saja terjadi ... Maafkan saya, " ucap Andre.

"Ya,ya ... Saya sudah memaafkanmu." Andre mulai berlompat kesenangan, "Tapi ..." Andre berhenti seketika.

"... Tidak ada kesempatan kedua."

"Iya, saya mengerti."

"Saya tahu sebenarnya ada alasan lain, mengapa kamu bersikap seperti itu kepada saya?" Ujar Tari, saat mereka beranjak pergi.

"Apa maksud perkataanmu?"

"Jujur saja dengan hatimu." Pandangan Andre tertuju pada Ratna yang sedang tertawa dengan lelucon aneh dari Raka. "Karena dia, kan?"

Tari menertawakan Andre yang mengangguk tegas, membenarkan perkataannya. "Sudah saya duga."

"Lalu kenapa kamu bersikap seperti itu pada saya? " Dia mengingat sikap marah Tari tadi.

"Karena kamu tidak jujur dengan hatimu ... walau sebenarnya tampak di wajahmu."

"Kamu salah, saya mampu menyembunyikan dengan baik." Ucapan Andre terdengar terbata-bata. "Tidak percaya?"

"Tidak ..."

Andre menoleh, "Perlu bukti?"

Tari memandangnya, "Dengan senang hati. Kita lihat, apa kamu bisa?" Tiba-tiba air menetes ke wajah mereka, tidak berselang lama hujan membasahi mereka. Mereka berlari, mencari perteduhan terdekat. Raka dan Ratna juga ikut bersama di samping mereka berdua.

"Saya lupa membawa payung, mungkin kita harus menunggu hingga hujan berhenti." Tari mengangguk tegas akan perkataan Raka, lalu melirik ke arah Andre untuk menunjukkan pembuktiannya.

Gemuruh perut mereka berempat lebih kuat dibanding dengan serangan guntur di langit, sudah waktunya bust mereka makan.

"Apa kalian tidak lapar?"

"Iya!" sahut Tari dan Ratna bersamaan.

"Tadi saya melihat ada tempat makan di arah sana, " kata Raka sambil menunjuk.

Lihat selengkapnya