Jerome memandangi mereka bertiga, tidak ada kata yang keluar dari mulut mereka, sampai akhirnya Ratna yang memulai.
"Lama tidak berjumpa ... " Ratna melihat Raka yang sekarang jauh berbeda dari sebelumnya. Pria yang selalu terlihat gagah, tapi kini sudah tertutup oleh usia dan keriput, ditambah lagi dia berada di kursi roda akibat kecelakaan itu.
"Iya, sudah lama kita tidak berjumpa. Kamu tidak banyak berubah, " jawab Raka diakhiri dengan tersenyum.
Seperti biasa Patricia melihat khawatir kepada Raka, "kamu juga tidak berubah, Pat?"
"Seperti yang kamu lihat, " lirihnya yang langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. "Bagaimana bisa kamu mengenal Jerome? Cucu saya tidak sembarangan menjalin hubungan dengan orang."
"Nenek!" Ratna menyentuh tangan Jerome, agar dia lebih tenang menghadapi Patricia. "Saya mengenal beliau karena ..." Dia melihat ke arah Ratna yang sudah mengangguk yakin untuk memberitahu hal yang sebenarnya kepada mereka.
"Kakek, Nenek ... sebenarnya saya berhubungan dengan Ayara."
"Ayara? Siapa dia?" tanya Raka.
"Ayara adalah cucu saya, " jawab Ratna. Mereka saling bertukar pandang, dan memandang cemas pada Jerome.
"Bagaimana bisa?" ucap Raka, "dimana kamu bertemu dengannya? Sejak kapan kamu berpacaran dengan dia?"
"Kakek ... tanyanya satu-satu. Saya bertemu dengan dia sejak kami berada di perguruan tinggi dengan jurusan yang sama. Tapi dia tidak lanjut ke profesi karena tuntutan orang tua, dan lalu dia mengajak saya untuk bertemu dengan neneknya. "
"Terus ... kamu tahu darimana kalau dia adalah Ratna, yang kami kenal?"
"Tentu dari foto kalian, Nek."
"Foto kami?" sahut Patricia. "Perasaan kami tidak pernah berfoto?"
"Pernah, Pat."
Ratna menunjukkan foto mereka berempat, yang sedang berpose dengan gaya mereka masing-masing. "Karena foto kita, Jerome mengenal siapa saya. Dan Jerome ..."
"Kenapa dengan Jerome?" tanya Patricia.
"Karena itu juga, saya diputusin oleh Ayara."
"Itu bagus ... dengan begitu kalian tidak berhubungan lagi dengan kami, " ucap Patricia menyetujui apa yang dilakukan Ayara terhadap cucunya.
"Patricia!" bentak marah Raka, sebelum Ratna ingin memarahinya, "kamu mau kebahagiaan cucu kita selesai karena persoalan yang tidak penting itu? Bukankah itu urusan Ayah kami berdua? Buat apa kita harus melanjutkan, atau kamu memang tidak menyukai Ratna sejak dulu?"
"Memang! Saya tidak menyukai Ratna sejak dulu. Apalagi meninggalkanmu di saat itu, apa kamu tidak ingat? 19 Oktober tidak bisa terhapuskan oleh waktu, Raka." Patricia mulai menangis, Jerome berpindah tempat duduk di sebelahnya dan berusaha menenangkan lewat pelukan.
"Perkataanmu benar ... susah melupakan dalam hitungan angka, aku juga tidak dapat mengembalikan waktu itu. Jikapun saya sanggup melakukannya, saya tidak akan mengubahnya. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan tempat di samping Raka." Perkataan Ratna membuat Patricia berhenti menangis, dan itu membuat semua pasang mata mengarah kepadanya.
"Saya bertemu dengan kalian, sebenarnya ingin tahu keadaan kalian. Selain itu, saya juga ingin meminta maaf kepada Raka. Meninggalkan dia menghadapi setiap masalah seorang diri."
Mereka berdua saling bertatapan, lalu Raka memegang tangannya. "Saya bersyukur kita bisa bertemu sekarang ini, saya juga ingin meminta maaf kepadamu. Tidak pernah menimbang setiap konsekuensi yang ditimbulkan."
"Iya, lupakan masalah yang lama. Pikirkan masa depan, " jawab Ratna.
"Terima kasih sudah pernah ada di hatiku."
"Terima kasih juga, Raka."
"Tidak bisa! Saya tidak suka kalau Jerome berhubungan dengan cucumu, titik! Pembicaraan kita selesai." Patricia bangkit berdiri, dan mendorong pergi Raka.
"Sayang?" Raka memegang tangan Patricia, dan dia berhenti mendorong kursi rodanya.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, ayo Jerome, kita pergi."
"Tapi Nek?"
"Jangan khawatir, Jerome. Hantarkan saja Kakek dan Nenekmu, saya bisa pulang sendiri." Jerome bangkit berdiri, dan pergi mengejar mereka. Setelah Raka dan Patricia masuk ke dalam mobil, Jerome menelepon Ayara.
"Kenapa kamu meneleponku? Tidak tahu aku lagi sibuk, " ujar Ayara.
"Ayara, maaf mengganggumu. Aku akan jelaskan nanti, tapi apakah kamu bisa menjemput Nenekmu? Sekarang dia sedang berada di cafe yang sering kita datangi?"
"Apa maksudmu? Kamu meninggalkan Nenekku di sana sendirian."
"Aku harus pergi, nanti aku akan menjelaskannya kepadamu."
Tidak berlangsung lama, Ratna menghubungi Ayara, " Ayara?"
"Tunggu, ya Nek. Ini sudah hampir dekat ... saya tidak menyangka Jerome meninggalkanmu di sana seorang diri, sungguh keterlaluan!"
"Berkendaralah hati-hati, saya akan menunggumu dengan sabar di sini."
"Baik, Nek."
Kurang lebih 15 menit, Ayara sudah sampai. Dia cepat-cepat memasuki kafe tersebut, dan mencari Ratna. Dia sedang duduk sambil menikmati secangkir teh, dan sepotong kue.
"Nenek?" ujarnya saat menghampiri Ratna.
"Kamu sudah sampai?"
"Jelaskan pada saya, kenapa Jerome melakukan ini kepada anda?" Ayara duduk berhadapan dengan Ratna.
"Sebelum itu, kamu pesan terlebih dalu. Kata Jerome, kamu sangat suka dengan kue buatan mereka. Dan nenek juga menyukainya, " ujar Ratna sambil tersenyum kepada cucunya.
Ayara bisa melihat, ada yang tidak beres dari Neneknya. Setahunya, dia tidak menyukai makanan manis, tapi sekarang dia bisa menikmatinya. Kedua matanya juga berkaca-kaca saat memperhatikan keindahan kue di tangannya, sangat berbeda dari biasanya.
"Nenek?"
"Hmm ..."