Ning Tengil

Lulu el Ulum
Chapter #1

Prolog#1

[Kang Bimo]

         “Kang Bimooo ....”

Alarm waspada kunyalakan. Firasatku kurang enak ketika mendengar suara merdu putri Abah Kiai, yang terdengar dari mikrofon masjid samping asrama santri putra. Setelah kejadian ini, bisa kupastikan pengurus bagian keamanan santri akan mendapat teguran keras. Ya, mereka yang membiarkan putri kecil Abah masuk masjid di luar jadwal waktu salat, pasti akan diinterogasi oleh presiden pesantren, seperti aparat penegak hukum yang kecolongan.

Akan lebih parah jika Abah yang menginterogasi, karena bisa dipastikan memakan waktu lama. Akhirnya, para pengurus keamanan yang diamankan itu, menjadi tertinggal banyak bab kajian kitab kuning, sehingga mengakibatkan mereka harus menambal maknani. Hasilnya? Ya ditakzir, donk.

“Kagem Kang Bimo, kulo aturaken enggal wonten ndalem, penting!" (Kepada Kang Bimo, saya minta secepatnya ke rumah, penting!)

Panggilan putri Abah dengan bahasa Jawa, kembali menyadarkanku akan pentingnya kecepatan berlari. Spontan kuambil kopiah, lalu tergopoh keluar dari benteng persembunyian. Dalam benak, aku bertanya-tanya, misi apa lagi ... kali ini?

***

Nama lahirku Bima Wirayudha. Sejak pertama menjadi santri di sini, putri semata wayang Abah Kiai sering memanggilku dengan sebutan Kang Bimo, sehingga seluruh santri menjadi akrab menyapaku dengan panggilan tersebut.

Lihat selengkapnya