2, Sang Kreator
Setelah mendengar keinginanku, aku melihat dengan jelas ekspresi Kaoru seketika berubah. Dia tampak terdiam seraya mengernyitkan dahi, lalu menurunkan sudut bibirnya. Ha! Jelas sekali dia sangat kecewa dengan perkataanku barusan! Rasakan itu! Salah sendiri sudah menyeretku ke dunia ini, lalu memasukkan jiwaku ke tubuh seorang anak bernama Diego Von Deen.
Tunggu sebentar. Sepertinya nama-nama itu terdengar sangat familiar. Kaoru ..., lalu Diego Von Deen?!
“Aku berada dalam visual novel?!” Aku berteriak dalam hati lalu melihat ke arah Kaoru. Dia tak mengatakan satu patah kata pun, dan hanya menatapku dengan sinis Untuk mengetahui semua kebenaran ini, aku bertanya, "Kaoru ... Apa kau tahu tentang ******?"
Sontak Kaoru terkejut bukan main. Dengan ekspresi merinding, dia berkata, "Ba—bagaimana ... bagaimana bisa kau tahu orang itu?!"
Aku menarik nafasku. Sudah kuduga, dia pasti tahu orang itu. Kaoru kembali berkata dengan nada tinggi, namun terlihat panik. Lagipula dia hanya setingkat Briah.
"Bagaimana kau tahu dia, Yuki?! Jawab!" Kaoru membentak diriku dengan tangan yang mengepal.
"Aku tidak punya waktu untuk menjawabnya," jawabku singkat. Dengan mata yang serius, Kaoru sepertinya paham. Sepertinya dia mengira jika aku ini bukan orang biasa. Padahal sudah jelas, aku adalah pembuat dari visual novel itu!
Kaoru hanya terdiam dan menghela napas panjang. Jelas sekali dia terlihat begitu ketakutan saat aku menyebut nama 'dia'. Beberapa saat kemudian, Kaoru akhirnya angkat bicara. "Baiklah, kita akan bertemu lagi, Yuki. Aku harus melakukan sesuatu."
Kulihat wajah Kaoru sangat pucat, dan sepertinya ingin bergegas ke suatu tempat. Kemudian Kaoru menjentikan jarinya, membuatku kembali di duniaku lagi. Aku seketika tersadar. Kedua orang tua baruku masih menangisi diriku. Sepertinya waktu terhenti disaat aku berada disana. Dengan menarik nafas yang panjang, aku berkata, "Ayah, Ibu. Jangan menangis lagi. Aku sudah sembuh."
Aku hanya tersenyum, meskipun palsu. Namun, ini adalah cara yang cepat untuk menyelesaikan sesuatu seperti ini. Merasa lega, ayah dan ibu baruku mengusap air mata mereka. "Ingat, anakku. Jangan memanjat pohon itu lagi." Ayahku, Hendrick Von Deen, mengingatkanku.
Aku baru ingat, visual novel buatanku bertempat di dunia sihir. Sial, apa aku akan berakhir seperti karakter pasaran yang mendapatkan berkah dewa?! Seingatku, Keluarga Van Deen memiliki sihir yang lumayan kuat. Makanya, aku membuat Diego ini sebagai sosok yang sombong dan narsistik.
"Baiklah, Ayah, Ibu. Kalian boleh pergi," ucapku sambil tersenyum. Sial, senyuman ini membuatku jijik.
"Baiklah. Ayo, Diona sayang. Biarkan anak kita beristirahat. Kau juga, Eva." Ayahku memegang pundak ibuku dan pergi bersama pembantuku bernama Eva.
Saat aku melihat mereka keluar, aku langsung berguling di kasurku. Sialan! Sialan! umpatku dalam hati. Benakku masih bergemuruh, mendapati diriku kini terjebak di dunia yang kuciptakan sendiri. Seketika aku berpikir, Bagaimana ini? Tunggu! Kapan aku akan masuk sekolah?!