Aku perlahan membuka mata, dan mendapati langit-langit kayu di hadapanku. Aku segera bangun dan menyadari sedang berada di atas tempat tidur yang sangat luas. Tidak hanya itu saja, dinding dan lantai ruangan kamar ini sepenuhnya terbuat dari kayu. Ini ..., “ini di mana? Seingatku, aku tertidur di bawah sebuah pohon dalam hutan setelah berhasil keluar dari sarang penculik. Tunggu, bukannya aku kabur bersama Kuro dan juga Diamond?!” Aku mencari ke sekitar, namun sama sekali tak menemukan mereka. “Sial! Jangan bilang kalau mereka ..., dibawa lari oleh seseorang?!”
Telingaku menangkap suara pintu yang digeser oleh seseorang, membuatku langsung menoleh ke arah sumber suara itu. Rupanya seorang pria muda berambut hitam panjang terikat dengan pakaian tradisional Tiongkok yang sepenuhnya berwarna kuning emas, masuk sembari membawakan semangkuk sup dan nasi dari nampan. "Ah, akhirnya kau sadar juga, anak muda," ucapnya seraya menaruh makanan itu ke meja di samping kanan tempat tidur.
“Siapa lelaki misterius itu?! Jangan-jangan ..., dia salah satu anggota komplotan penculik itu?!” Aku bergegas bangkit dari tempat tidur dan langsung memasang kuda-kuda hendak bertarung. Yah, walau 'ku tahu tak bisa menang melawan dia, setidaknya aku tak mau diam dan pasrah begitu saja! Namun, pria tak dikenal itu hanya melihat gelagatku yang siap bertarung dengan tenang, seolah sama sekali tak merasa terancam. Dia hanya tersenyum lembut padaku. "Tenanglah, anak muda. Aku tidak bermaksud untuk melukaimu." Ucapnya sambil tersenyum tipis.
“Hah, omong kosong! Aku tahu kau sedang merecanakan hal buruk padaku!” Aku memperat kepalan tanganku dan menatap pria itu dengan geram, berusaha mengumpulkan kekuatanku. Sejurus kemudian, aku berlari menghampiri lelaki tersebut lalu melancarkan tinjuku ke wajahnya. Namun, dia hanya menepis saat kepalan tanganku hampir mengenai sasaran.
“Guh!Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, aku mengarahkan tendangan kaki kiriku untuk menendang perut pria itu.Namun sialnya, dia berhasill menangkap kakiku lalu memutarnya, membuatku berteriak kesakitan, mmbuat diriku tergantung.
Pria itu hanya menatapku seraya mempertahankan posisi kakiku, seolah tak mau melepasnya. Dia tersenyum dan berkata, "Bukankah sudah 'ku bilang, aku tidak berniat untuk melukaimu, anak muda. Jadi, tenang saja."
Aagghh! Aku ingin muntah! Saat ingin kupegang tangan yang memegang kakiku untuk melepaskan diri, pria tak dikenal itu malah mencengkeram kaki kiriku. Aaaargh! Aku berteriak kesakitan sekeras mungkin, namun sembari terus berusaha melepaskan genggamannya. Sayang, dia terus mencengkeramku seraya tersenyum, seolah aku bukan tandingannya. Sialan! Kalau aku bisa melepaskan diri, akan kuhajar kau!
Pria tak dikenal tersebut langsung mendorongku. Karena tak menyangka, aku sampai jatuh terjungkal ke belakang. Untung saja punggungku yang mendarat terlebih dahulu, bukan kepala. Namun, kaki kiriku masih merasa sakit, efek setelah diremas oleh lelaki misterius itu. Belum lagi punggungku mendarat ke lantai kayu dengan cukup keras. Ugh! Aku hanya bisa terbaring di lantai kayu, dengan rasa sakit yang menjalar ke sekujur tubuhku. Sialan! Aku tak menyangka, ternyata dia sangat kuat!
Pria itu hanya terkekeh sejenak lalu berkata, "Kau masih mudah terbawa suasana hatimu, anak muda. Sabarlah, jangan mudah terpancing."
“Cih! Apa dia ingin menasihatiku? Meski tubuhku ini seperti anak berusia 10 tahun, nyatanya jiwaku adalah seorang pria yang sudah berusia 20 tahunan! Jadi, jangan menganggapku seperti bocah ingusan!” Aku hanya memberi pria misterius tersebut dengan tatapan tajam penuh amarah, sedangkan dia hanya tersenyum padaku. "Kenapa senyum-senyum begitu, hah?! Apa kau puas sudah mengalahkanku?!" ujarku penuh amarah dengan nada menghardik.
Pria tak dikenal itu hanya menggeleng singkat dengan senyumannya yang masih terukir. "Aku melihat sesuatu yang berbeda darimu, anak muda. Ngomong-ngomong, siapa namamu?"
Aku terus menatap lelaki misterius itu dengan tajam dan menjawab singkat. "Diego .... Diego Von Deen ...." Ucapku memposisikan diriku untuk berdiri.
Pria tak dikenal tersebut kembali terkekeh dan berkata, "Bukan, bukan itu. Siapa nama aslimu, anak muda?"
Aku terdiam. Jangan bilang dia ini ..., tahu kalau aku adalah orang yang berpindah ke dunia ini?! Gawat! Apa mungkin orang di hadapanku ini ..., seorang Dewa seperti Kaoru?! Cih! Kenapa keberadaanku selalu saja menarik perhatian entitas ilahi?! Padahal, aku sangat membencinya! Pria tak dikenal tersebut hanya menarik napas dalam lalu tersenyum padaku. "Anak muda, tenangkanlah dirimu. Aku bisa melihat rupa jiwamu tak sama dengan ragamu. Jadi, kurasa kau adalah orang yang terpanggil ke dunia ini."