Malam kesekian, Nira berada di panti.
Nira terjaga dari tidurnya malam itu. Tampak rembulan masih setia menemani, yang terlihat diantara tirai jendela kamarnya. Jam masih menunjuk pukul 02.00 dini hari.
Dua roommate nya masih tertidur lelap. Sedang ia melamun sendiri di depan jendela dan berfikir ...
"Mengapa begitu banyak anak-anak yang tak bisa hidup dan besar oleh tangan kedua orang tua mereka? Lalu, kemanakah para orang tua mereka? Bisakah, aku dan mereka tumbuh seperti anak-anak yang lainnya. Yang tinggal dan dibesarkan oleh cinta kedua orang tua mereka? Oh ... aku rindu ibu ...." Nira kecil pun selalu meneteskan air matanya setiap teringat sang ibu.
Hingga malam-malam berikutnya, seperti itu. Nira selalu terbangun tiap jam 2 dini hari dan memandang keluar jendela dengan tatapan kosong.
Membuat takut teman sekamarnya yang tak sengaja terbangun sesaat dan melihat keanehan Nira. Bahkan sampai beberapa kali, mereka melihat keadaan Nira seperti itu dan mereka pun menjadi heran.
Di suatu hari, Ella dan Nuri (teman sekamar Nira) dan anak panti lainnya sedang bergosip ala bocah. Mereka membicarakan keanehan Nira. Dari yang melamun tiap jam 2 pagi di depan jendela, sering menyela pembicaraan dan mendahului setiap apa yang orang rencanakan ... sampai mengetahui apa yang anak lain pikirkan. Mereka hanya heran dan tak terpikir oleh jangkauan pikiran anak-anak.
Begitupun Nira, ia tidak merasa ada yang berbeda dari dirinya. Ia hanya terkadang merasa terganggu setiap bertemu orang lain. Pikiran mereka semua seperti terkumpul di otaknya dan mengerti isi otak mereka satu persatu.
***