Lagi dan lagi, entah sudah keberapa kali Vano mengerjai Nira namun selalu gagal. Seperti tak ada kata menyerah. Kata pepatah Tak Kenal Maka Tak Sayang.
"Oke ... oke, aku nyerah!. Sepertinya ini yang terakhir kalinya aku ngerjain kamu. Swear!!" dengan napas terengah-engah, Vano mengangkat kedua jarinya dan berjanji tak akan melancarkan aksinya lagi.
"Bodo amat!" jawab Nira singkat.
"Hei, beneran nih, aku mau temenan sama kamu!. Tapi kalo kamu nggak mau, ya .... aku tetep mau temenan. Nggak peduli!" teriak Vano. Nira pun melenggang santai, tak hiraukan niat baik Vano.
Tak dipungkiri, memang akhirnya mereka berdua jadi sangat dekat, namun hanya sebatas teman. Sifat Vano yang masih kekanak-kanakan meski diusia 20 tahun, membuat Nira terkadang menjadi sedikit terhibur saat suasana sedang garing.
***
Suatu hari saat siang yang penuh kebosanan.
"Hai Nira!" sapa Vano dari kejauhan hendak mendekat.
"Vano lagi, Vano lagi .... hufft! Dipanti ini yang seumuranku cuma dia!" gerutu Nira karena merasa bosan dan jenuh. Lekas ia berdiri dan hendak berlalu.
"Lhah, mau kemana? Koq pergi sih?"
"Mau ke kamar, bosan tau ketemunya kamu lagi, kamu lagi!. Mendingan aku sapa diary ku aja. Daaq Vanooo!"sambil berlalu meninggalkan Vano di taman sendirian dengan wajah culunnya.