Baru tiga hari berlalu, rasanya sudah selangit rasa rindunya pada Nesha. Ia pun mulai murung lagi, tak jarang ia melamun di bawah pohon.
Tak ada senyuman dan tawa ceria lagi. Hanya keluh dan gerutu yang keluar dari bibir manisnya. Bosan katanya.
"Ngapain sih neng ... dari kemaren muruuung terus!" sapa Vano yang mendadak ada di sampingnya. Nira tak menjawab sapaan Vano, ia terus melamun. Bahkan kehadiran Vano tak dihiraukannya.
"Masih sedih? Galau? Kangen sama Nesha?" tanya Vano lagi. "Emang ya, kelakuan orang kaya itu nyebelin banget! Mereka kalau bosan, sepi ... tinggal pesen tiket, terbang lalu jalan-jalan ke luar negeri, atau ke negri antah berantah sekalipun mereka bisa lakukan. Lhah, kenapa juga harus adopsi anak? belum tentu juga kan si anak bahagia bersama mereka. Atau kayak gini nih contohnya, bikin sedih orang yang ditinggalin!"
Nira sama sekali tak menghiraukan Vano yang sudah berusaha menemani dan menghiburnya. Ia benar-benar kesal dan kecewa tapi tak bisa berbuat apa-apa. Ia beranjak berdiri lalu hendak berlalu pergi tanpa sepatah katapun.
"Lhah ... koq pergi sih! Dia nggak liat aku apa? Memangnya aku hantu, nggak kelihatan?" gumam Vano terheran sama sikap Nira yang selalu cuek sama dirinya.
Langkah Nira terhenti saat ia menatap ke ujung jalan. Pucuk dicinta, ulampun tiba. Di kejauhan tampak mobil Arya datang. Dengan senyum lebarnya ia menyambut kedatangan Arya, berharap Arya membawa serta Nesha.
Arya memarkir mobilnya di halaman panti. Ia keluar dari mobil, dan langsung tersenyum pada Nira. Tapi justru Nira menyurutkan senyumannya kala ia melihat tak ada Nesha di mobil. Kali ini Arya datang seorang diri. Lalu ia mendekati Nira di halaman.
"Hai, apa khabar?" Arya menyapa dengan santun.
"Baik," jawab Nira malu-malu tapi ketus. "Ku kira, kau datang membawa Nesha. Kenapa datang sendirian?" lanjut Nira.
"Ya, karena .... aku kesini mau ketemu sama kamu!" jawab Arya lugas.
"Hhah ...?" Nira terkejut. Ia bahkan tak mengerti apa maksud dan tujuan Arya menemuinya. "Menemuiku? Untuk apa? Mau kau adopsi juga untuk jadi pembantu di rumahmu?" jawab Nira dengan nada masih sama, kasar dan ketus.
Arya tertawa ringan, "hahaha ... jangan keburu marah dulu dong. Aku kesini, karena ingin kenal denganmu."