Bel jam akhir sekolah berbunyi. Niskala mengakhiri dua jam hari pertamanya di SMK Kencana Wungu. Setelah berkenalan, ia tak menyia-nyiakan kesempatan. Mengajar sesuai jadwal pelajaran. Karena jika mengikuti jadwal pelajaran umum sekolah ini, mereka sudah kehilangan 2 bulan pertama. Jika mereka harus mengikuti ujian tengah semester, seharusnya mereka mengejar ketertinggalan materi belajar dalam jangka waktu sebulan sebelum ujian. Namun, Niskala tak paham apakah kelas ini sama dengan kelas umum lainnya di SMK Kencana Wungu.
Anak-anak yang berpenampilan kumuh itu menyalami Niskala satu-persatu. Memang jika dibandingkan dengan anak-anak kelas lain terlihat perbedaan mencolok. Mereka pakaian seragam yang bersih dan warna putih abu cerah. Sementara, anak-anak kelas 10 yang ia ajari, tampak lusuh.
Meski kecewa karena tidak sesuai ekspektasi yang dijanjikan pihak kampus. Namun Niskala memutuskan untuk tetap mengajar. Akan tetapi, ia harus tahu alasan mengapa pihak sekolah memberi kenyataan berbeda dengan yang dijanjikan ke kampusnya.
"Bagaimana hari mengajar pertamanya, Niskala?" tanya Ardhan ketika Niskala memasuki ruangannya.
"Tidak begitu buruk. Saya menyukai mereka." Ardhan mengangguk-angguk dengan sorot mata puas.
"Baguslah jika Niskala menyukainya."
"Namun, Pak. Ada yang tidak saya pahami, mengapa saya ditempatkan mengajar di kelas 10 ini, padahal saya mendapatkan kabar akan mengajar di kelas 1 unggulan."
"Oh, itu. Karena kelas unggulan kebetulan sudah mendapatkan guru tetap minggu lalu."
"Kalau boleh tahu, apa mereka kelas yang sama seperti reguler?" Niskala bertanya dengan ragu-ragu.